Thursday

19-06-2025 Vol 19

Why We Almost Gave Up on Our App—Until We Fixed the UX

Hampir Menyerah pada Aplikasi Kami—Sampai Kami Memperbaiki UX

Setiap startup punya momen genting. Momen di mana kamu mempertanyakan segalanya. Momen di mana kegagalan terasa lebih dekat daripada kesuksesan. Bagi kami, momen itu adalah ketika pengguna aplikasi kami terus menurun, engagement rendah, dan ulasan negatif membanjiri toko aplikasi. Kami hampir menyerah. Tapi kemudian, kami menyadari satu hal: UX kami mengerikan.

Daftar Isi

  1. Pendahuluan: Titik Nadir
  2. Gejala Masalah: Apa yang Salah?
    • Tingkat Pengguna yang Menurun Drastis
    • Ulasan Negatif yang Membanjiri
    • Tingkat *Engagement* yang Rendah
    • Tingkat *Uninstall* yang Tinggi
    • Dukungan Pelanggan yang Kewalahan
  3. Diagnosis: Mengapa UX yang Buruk Membunuh Aplikasi Anda
    • Kebingungan dan Frustrasi Pengguna
    • Kurangnya Nilai yang Jelas
    • Desain yang Jelek dan Usang
    • Proses Onboarding yang Sulit
    • Performa yang Lambat dan *Bug*
  4. Solusi: Bagaimana Kami Membalikkan Keadaan dengan UX yang Lebih Baik
    • Riset Pengguna yang Mendalam
    • Merancang Persona Pengguna yang Detail
    • Melakukan Audit UX yang Komprehensif
    • Menerapkan Prinsip Desain yang Berpusat pada Pengguna
    • Iterasi Berkelanjutan Berdasarkan Umpan Balik
  5. Perubahan Utama UX yang Kami Lakukan
    • Merombak Proses Onboarding
    • Menyederhanakan Navigasi
    • Meningkatkan Desain Visual
    • Mengoptimalkan Performa
    • Memperbaiki *Bug* yang Mengganggu
  6. Hasil: Bukti Nyata Bahwa UX yang Baik Penting
    • Peningkatan Signifikan dalam Retensi Pengguna
    • Ulasan Positif yang Melonjak
    • Peningkatan *Engagement*
    • Penurunan Tingkat *Uninstall*
    • Peningkatan Kepuasan Pelanggan
  7. Pelajaran yang Kami Petik: Tips UX untuk Startup
    • Prioritaskan UX Sejak Awal
    • Dengarkan Pengguna Anda
    • Uji, Uji, dan Uji Lagi
    • Jangan Takut Beriterasi
    • Investasikan pada Alat dan Sumber Daya UX
  8. Kesimpulan: Kebangkitan Aplikasi Kami

1. Pendahuluan: Titik Nadir

Kami memiliki ide hebat. Kami memiliki tim yang bersemangat. Kami memiliki produk yang menurut kami akan mengubah dunia. Tapi sesuatu tidak beres. Pengguna tidak bertahan. Mereka meninggalkan aplikasi kami setelah hanya beberapa hari, bahkan jam. Angka kami menurun, dan semangat kami juga. Kami mulai bertanya-tanya apakah kami telah membuat kesalahan besar. Apakah ide kami tidak bagus? Apakah pasar tidak membutuhkan aplikasi kami? Apakah kami membuang-buang waktu dan uang?

Saat itulah kami mencapai titik nadir. Kami duduk bersama, tim inti kami, dan membahas masa depan. Kami mempertimbangkan semua opsi, termasuk menutup semuanya. Tapi kemudian, seseorang menyarankan: “Mungkin masalahnya bukan pada ide kita. Mungkin masalahnya adalah cara kita menyajikannya kepada pengguna.”

Itulah saat kami menyadari bahwa kami telah mengabaikan sesuatu yang sangat penting: User Experience (UX).

2. Gejala Masalah: Apa yang Salah?

Sebelum kami mulai memperbaiki UX kami, kami perlu mengidentifikasi masalahnya. Kami mengumpulkan data, menganalisis umpan balik pengguna, dan melakukan audit internal. Inilah yang kami temukan:

  1. Tingkat Pengguna yang Menurun Drastis: Pengguna datang, mencoba aplikasi, dan kemudian pergi. Tingkat retensi kami sangat rendah. Kami kehilangan pengguna lebih cepat daripada yang kami dapatkan.
  2. Ulasan Negatif yang Membanjiri: Toko aplikasi kami dipenuhi dengan ulasan negatif. Pengguna mengeluh tentang kebingungan, kesulitan, dan frustrasi. Mereka menyebutkan desain yang buruk, navigasi yang sulit, dan bug yang mengganggu.
  3. Tingkat Engagement yang Rendah: Pengguna yang bertahan tidak berinteraksi dengan aplikasi seperti yang kami harapkan. Mereka jarang menggunakan fitur-fitur utama, dan mereka tidak membagikan aplikasi kami dengan teman-teman mereka.
  4. Tingkat Uninstall yang Tinggi: Banyak pengguna menghapus aplikasi kami setelah hanya beberapa kali penggunaan. Ini adalah tanda jelas bahwa mereka tidak menemukan nilai di dalamnya.
  5. Dukungan Pelanggan yang Kewalahan: Tim dukungan pelanggan kami dibanjiri dengan pertanyaan dan keluhan. Mereka kesulitan menjawab semua pertanyaan, dan mereka seringkali tidak dapat menyelesaikan masalah pengguna.

Semua gejala ini menunjuk pada satu masalah utama: pengalaman pengguna yang buruk.

3. Diagnosis: Mengapa UX yang Buruk Membunuh Aplikasi Anda

UX yang buruk dapat membunuh aplikasi, tidak peduli seberapa bagus ide Anda. Inilah alasannya:

  1. Kebingungan dan Frustrasi Pengguna: Jika aplikasi Anda sulit digunakan atau dipahami, pengguna akan frustrasi dan menyerah. Mereka tidak punya waktu atau kesabaran untuk berjuang dengan antarmuka yang rumit atau fitur-fitur yang membingungkan.
  2. Kurangnya Nilai yang Jelas: Jika pengguna tidak dapat dengan cepat dan mudah melihat nilai dari aplikasi Anda, mereka tidak akan menggunakannya. Mereka harus dapat memahami bagaimana aplikasi Anda dapat membantu mereka memecahkan masalah atau mencapai tujuan mereka.
  3. Desain yang Jelek dan Usang: Desain visual adalah bagian penting dari UX. Jika aplikasi Anda terlihat jelek atau usang, pengguna akan menganggapnya tidak profesional dan kurang berkualitas.
  4. Proses Onboarding yang Sulit: Proses onboarding adalah kesempatan pertama Anda untuk membuat kesan yang baik. Jika proses ini sulit atau membingungkan, pengguna akan menyerah sebelum mereka bahkan mulai menggunakan aplikasi Anda.
  5. Performa yang Lambat dan Bug: Tidak ada yang lebih membuat frustrasi daripada aplikasi yang lambat atau penuh dengan bug. Pengguna mengharapkan aplikasi yang cepat, responsif, dan stabil.

Kami menyadari bahwa kami telah melakukan semua kesalahan ini. Kami telah mengabaikan UX, dan kami membayarnya dengan penurunan pengguna dan ulasan negatif.

4. Solusi: Bagaimana Kami Membalikkan Keadaan dengan UX yang Lebih Baik

Setelah kami mendiagnosis masalahnya, kami mulai mencari solusi. Kami tahu bahwa kami perlu memperbaiki UX kami, tetapi kami tidak tahu dari mana harus memulai. Kami memutuskan untuk mengambil pendekatan yang sistematis dan berpusat pada pengguna.

  1. Riset Pengguna yang Mendalam: Langkah pertama kami adalah memahami pengguna kami. Kami melakukan survei, wawancara, dan pengujian kegunaan. Kami ingin tahu siapa pengguna kami, apa kebutuhan mereka, dan apa harapan mereka.
  2. Merancang Persona Pengguna yang Detail: Berdasarkan riset kami, kami membuat persona pengguna yang detail. Persona ini adalah representasi fiksi dari pengguna ideal kami. Mereka membantu kami untuk memfokuskan upaya desain kami dan membuat keputusan yang lebih baik.
  3. Melakukan Audit UX yang Komprehensif: Kami melakukan audit UX yang komprehensif untuk mengidentifikasi semua area di mana aplikasi kami kurang. Kami meninjau setiap layar, setiap fitur, dan setiap interaksi.
  4. Menerapkan Prinsip Desain yang Berpusat pada Pengguna: Kami menerapkan prinsip desain yang berpusat pada pengguna, seperti kegunaan, aksesibilitas, dan kepuasan pengguna. Kami memastikan bahwa aplikasi kami mudah digunakan, mudah dipahami, dan menyenangkan.
  5. Iterasi Berkelanjutan Berdasarkan Umpan Balik: Kami terus-menerus menguji dan meningkatkan UX kami berdasarkan umpan balik pengguna. Kami merilis pembaruan secara teratur dengan perbaikan dan fitur baru.

Ini adalah proses yang panjang dan sulit, tetapi itu sepadan dengan usaha. Kami melihat peningkatan yang signifikan dalam semua metrik kami setelah kami mulai memperbaiki UX kami.

5. Perubahan Utama UX yang Kami Lakukan

Berikut adalah beberapa perubahan UX utama yang kami lakukan:

  1. Merombak Proses Onboarding: Kami membuat proses onboarding yang lebih sederhana, lebih jelas, dan lebih menarik. Kami menambahkan tutorial interaktif, petunjuk yang bermanfaat, dan umpan balik yang konstruktif.
  2. Menyederhanakan Navigasi: Kami menyederhanakan navigasi aplikasi kami. Kami mengurangi jumlah tab dan menu, dan kami membuat lebih mudah untuk menemukan apa yang dicari pengguna.
  3. Meningkatkan Desain Visual: Kami meningkatkan desain visual aplikasi kami. Kami menggunakan warna yang lebih menarik, tipografi yang lebih jelas, dan ikon yang lebih intuitif. Kami juga memastikan bahwa aplikasi kami responsif dan terlihat bagus di semua perangkat.
  4. Mengoptimalkan Performa: Kami mengoptimalkan performa aplikasi kami. Kami mengurangi waktu pemuatan, memperbaiki bug, dan meningkatkan stabilitas. Kami memastikan bahwa aplikasi kami cepat, responsif, dan andal.
  5. Memperbaiki Bug yang Mengganggu: Kami secara agresif mencari dan memperbaiki bug yang mengganggu. Kami menggunakan alat pelaporan bug, umpan balik pengguna, dan pengujian internal untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah.

Setiap perubahan kecil berdampak besar pada pengalaman pengguna.

6. Hasil: Bukti Nyata Bahwa UX yang Baik Penting

Setelah kami memperbaiki UX kami, kami melihat peningkatan yang signifikan dalam semua metrik kami:

  1. Peningkatan Signifikan dalam Retensi Pengguna: Tingkat retensi pengguna kami meningkat secara dramatis. Pengguna bertahan lebih lama, dan mereka lebih mungkin untuk kembali menggunakan aplikasi kami.
  2. Ulasan Positif yang Melonjak: Toko aplikasi kami dipenuhi dengan ulasan positif. Pengguna memuji desain kami, kegunaan, dan performa.
  3. Peningkatan Engagement: Pengguna lebih terlibat dengan aplikasi kami. Mereka menggunakan lebih banyak fitur, menghabiskan lebih banyak waktu di aplikasi, dan lebih mungkin untuk membagikannya dengan teman-teman mereka.
  4. Penurunan Tingkat Uninstall: Tingkat uninstall kami menurun secara signifikan. Pengguna lebih kecil kemungkinannya untuk menghapus aplikasi kami setelah mereka menggunakannya.
  5. Peningkatan Kepuasan Pelanggan: Tingkat kepuasan pelanggan kami meningkat secara keseluruhan. Tim dukungan pelanggan kami menerima lebih sedikit pertanyaan dan keluhan, dan mereka lebih mampu menyelesaikan masalah pengguna.

Hasil ini membuktikan bahwa UX yang baik penting. Ini dapat membuat perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan.

7. Pelajaran yang Kami Petik: Tips UX untuk Startup

Inilah beberapa pelajaran yang kami petik dari pengalaman kami:

  1. Prioritaskan UX Sejak Awal: Jangan menunggu sampai aplikasi Anda gagal sebelum Anda mulai memikirkan UX. Prioritaskan UX sejak awal, dan libatkan desainer UX dalam setiap tahap proses pengembangan.
  2. Dengarkan Pengguna Anda: Pengguna Anda adalah sumber informasi terbaik tentang apa yang berhasil dan apa yang tidak. Dengarkan umpan balik mereka, dan gunakan itu untuk meningkatkan UX Anda.
  3. Uji, Uji, dan Uji Lagi: Uji UX Anda secara teratur dengan pengguna sungguhan. Gunakan pengujian kegunaan, survei, dan analisis data untuk mengidentifikasi masalah dan mengukur peningkatan.
  4. Jangan Takut Beriterasi: UX adalah proses berkelanjutan. Jangan takut untuk bereksperimen dengan ide-ide baru, dan jangan takut untuk membuat perubahan berdasarkan umpan balik.
  5. Investasikan pada Alat dan Sumber Daya UX: Investasikan pada alat dan sumber daya UX yang akan membantu Anda merancang dan menguji UX Anda secara efektif. Ada banyak alat hebat yang tersedia, mulai dari perangkat lunak desain hingga platform pengujian kegunaan.

Dengan mengikuti tips ini, Anda dapat meningkatkan UX aplikasi Anda dan meningkatkan peluang keberhasilan Anda.

8. Kesimpulan: Kebangkitan Aplikasi Kami

Kami hampir menyerah pada aplikasi kami. Tapi kemudian, kami menyadari bahwa masalahnya adalah UX kami. Kami memperbaiki UX kami, dan kami melihat peningkatan yang signifikan dalam semua metrik kami. Aplikasi kami bangkit dari kematian, dan sekarang berkembang pesat.

Kisah kami adalah pengingat bahwa UX penting. Jika Anda ingin aplikasi Anda berhasil, Anda perlu memprioritaskan UX sejak awal. Dengarkan pengguna Anda, uji UX Anda secara teratur, dan jangan takut untuk beriterasi. Dengan UX yang baik, Anda dapat mengubah ide yang bagus menjadi produk yang hebat.

Kami berharap pengalaman kami dapat menginspirasi Anda dan membantu Anda untuk membuat aplikasi yang sukses.

“`

omcoding

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *