Thursday

19-06-2025 Vol 19

DevLog 20250522: Serverles & Serverside vs Client Side Rendering

DevLog 20250522: Serverless & Serverside vs Client Side Rendering – Panduan Lengkap

Selamat datang di DevLog kami! Di edisi kali ini, kita akan membahas topik hangat yang terus diperdebatkan di kalangan pengembang web: Serverless, Server-Side Rendering (SSR), dan Client-Side Rendering (CSR). Kita akan menggali lebih dalam tentang apa itu masing-masing, kelebihan dan kekurangannya, kapan menggunakannya, dan bagaimana perbandingan ketiganya. Tujuan kami adalah untuk memberikan panduan komprehensif yang akan membantu Anda membuat keputusan yang tepat untuk proyek web Anda.

Daftar Isi

  1. Pendahuluan: Mengapa Rendering Penting?
  2. Serverless: Arsitektur Masa Depan?
    1. Apa itu Serverless?
    2. Kelebihan Serverless
    3. Kekurangan Serverless
    4. Kapan Menggunakan Serverless?
    5. Contoh Penggunaan Serverless
  3. Server-Side Rendering (SSR): Konten di Sisi Server
    1. Apa itu Server-Side Rendering (SSR)?
    2. Kelebihan SSR
    3. Kekurangan SSR
    4. Kapan Menggunakan SSR?
    5. Contoh Penggunaan SSR
  4. Client-Side Rendering (CSR): Kekuatan di Sisi Klien
    1. Apa itu Client-Side Rendering (CSR)?
    2. Kelebihan CSR
    3. Kekurangan CSR
    4. Kapan Menggunakan CSR?
    5. Contoh Penggunaan CSR
  5. Perbandingan Langsung: Serverless vs SSR vs CSR
    1. Metrik Perbandingan
    2. Tabel Perbandingan
    3. Analisis Mendalam
  6. Pertimbangan Tambahan
    1. SEO (Search Engine Optimization)
    2. UX (User Experience)
    3. Keamanan
    4. Biaya
    5. Skalabilitas
  7. Solusi Hybrid: Yang Terbaik dari Kedua Dunia
  8. Studi Kasus: Contoh Nyata
  9. Kesimpulan: Membuat Pilihan yang Tepat
  10. FAQ (Frequently Asked Questions)

1. Pendahuluan: Mengapa Rendering Penting?

Rendering adalah proses mengubah kode (HTML, CSS, JavaScript) menjadi tampilan visual yang dapat dilihat dan berinteraksi oleh pengguna di browser web. Cara rendering dilakukan sangat memengaruhi performa, SEO, pengalaman pengguna (UX), dan biaya pengembangan aplikasi web.

Pilihan strategi rendering yang tepat sangat penting karena:

  • Performa: Waktu yang dibutuhkan untuk menampilkan halaman pertama (First Contentful Paint – FCP) dan interaktif (Time to Interactive – TTI) secara signifikan memengaruhi pengalaman pengguna dan peringkat SEO.
  • SEO: Mesin pencari perlu dapat mengindeks konten Anda untuk menampilkannya dalam hasil pencarian. Strategi rendering tertentu lebih mudah diindeks daripada yang lain.
  • UX: Pengalaman pengguna yang mulus dan responsif sangat penting untuk mempertahankan pengguna dan mencapai tujuan bisnis Anda.
  • Biaya: Biaya hosting, pengembangan, dan pemeliharaan dapat bervariasi secara signifikan tergantung pada strategi rendering yang Anda pilih.

Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang berbagai pendekatan rendering sangat penting bagi setiap pengembang web.

2. Serverless: Arsitektur Masa Depan?

2.1. Apa itu Serverless?

Serverless adalah model komputasi di mana penyedia cloud mengelola infrastruktur server. Anda, sebagai pengembang, hanya berfokus pada penulisan dan penyebaran kode. Penyedia cloud secara otomatis menyediakan, menskalakan, dan mengelola server yang menjalankan kode Anda. Anda hanya membayar untuk komputasi yang Anda gunakan.

Poin-poin penting tentang Serverless:

  • Tidak Perlu Mengelola Server: Anda tidak perlu lagi mengkhawatirkan tentang patch, pemeliharaan, atau penskalaan server.
  • Skala Otomatis: Infrastruktur secara otomatis diskalakan berdasarkan permintaan, memastikan aplikasi Anda selalu tersedia dan responsif.
  • Bayar Sesuai Penggunaan: Anda hanya membayar untuk waktu komputasi yang Anda gunakan, bukan untuk server yang berjalan terus-menerus.
  • Berbasis Event: Serverless sering digunakan untuk aplikasi berbasis event, seperti API, pemrosesan data, dan aplikasi web dinamis.

2.2. Kelebihan Serverless

Berikut adalah beberapa kelebihan utama menggunakan arsitektur serverless:

  1. Biaya Lebih Rendah: Bayar hanya untuk komputasi yang Anda gunakan. Tidak ada biaya idle untuk server yang menganggur.
  2. Skalabilitas Otomatis: Aplikasi Anda secara otomatis diskalakan untuk menangani peningkatan lalu lintas tanpa intervensi manual.
  3. Pengembangan Lebih Cepat: Fokus pada penulisan kode, bukan pengelolaan infrastruktur. Ini mempercepat siklus pengembangan.
  4. Operasional Lebih Sederhana: Tidak perlu mengelola server, yang mengurangi kompleksitas operasional.
  5. Ketersediaan Tinggi: Penyedia cloud menangani redundansi dan failover, memastikan aplikasi Anda selalu tersedia.

2.3. Kekurangan Serverless

Meskipun menawarkan banyak keuntungan, serverless juga memiliki beberapa kekurangan:

  1. Cold Starts: Fungsi serverless mungkin memerlukan waktu untuk diinisialisasi (cold start), yang dapat menyebabkan latensi yang lebih tinggi untuk permintaan pertama.
  2. Debugging Lebih Kompleks: Debugging aplikasi serverless bisa lebih sulit daripada debugging aplikasi tradisional karena lingkungan eksekusinya bersifat terdistribusi dan abstrak.
  3. Vendor Lock-in: Bergantung pada layanan serverless tertentu dapat menyebabkan vendor lock-in.
  4. Batasan Eksekusi: Fungsi serverless sering memiliki batasan waktu eksekusi dan batasan memori.
  5. Keamanan: Meskipun penyedia cloud menangani banyak aspek keamanan, Anda masih bertanggung jawab untuk mengamankan kode dan data Anda.

2.4. Kapan Menggunakan Serverless?

Serverless sangat cocok untuk skenario berikut:

  • API: Membuat API backend untuk aplikasi web dan seluler.
  • Pemrosesan Data: Memproses data dalam jumlah besar secara real-time.
  • Otomatisasi: Mengotomatiskan tugas-tugas rutin, seperti pembersihan data dan pembuatan laporan.
  • Aplikasi Web Dinamis: Menyajikan konten dinamis berdasarkan permintaan pengguna.
  • Chatbots: Membangun chatbots yang responsif dan skalabel.

2.5. Contoh Penggunaan Serverless

Beberapa contoh penggunaan serverless di dunia nyata:

  • AWS Lambda: Menjalankan kode tanpa provisioning atau pengelolaan server.
  • Azure Functions: Membangun aplikasi serverless di platform Azure.
  • Google Cloud Functions: Menulis dan menyebarkan fungsi yang merespons peristiwa Google Cloud.
  • Netlify Functions: Menambahkan fungsionalitas backend ke situs web statis.
  • Cloudflare Workers: Menjalankan kode JavaScript di jaringan edge Cloudflare.

3. Server-Side Rendering (SSR): Konten di Sisi Server

3.1. Apa itu Server-Side Rendering (SSR)?

Server-Side Rendering (SSR) adalah proses merender halaman web di server dan mengirimkan HTML yang sudah dirender ke browser. Browser kemudian hanya perlu menampilkan HTML dan mengeksekusi JavaScript tambahan untuk interaktivitas.

Poin-poin penting tentang SSR:

  • HTML Dirender di Server: Server melakukan semua pekerjaan rendering, bukan browser.
  • HTML Dikirim ke Browser: Browser menerima HTML yang sudah lengkap dan siap ditampilkan.
  • SEO Friendly: Mesin pencari dapat dengan mudah mengindeks konten yang dirender di server.
  • First Contentful Paint (FCP) Lebih Cepat: Pengguna melihat konten lebih cepat karena browser tidak perlu menunggu JavaScript dieksekusi.

3.2. Kelebihan SSR

Berikut adalah beberapa kelebihan utama menggunakan Server-Side Rendering (SSR):

  1. SEO yang Lebih Baik: Mesin pencari dapat dengan mudah mengindeks konten, meningkatkan peringkat pencarian.
  2. First Contentful Paint (FCP) Lebih Cepat: Pengguna melihat konten lebih cepat, meningkatkan pengalaman pengguna.
  3. Peningkatan Performa: Rendering di server mengurangi beban kerja browser, terutama pada perangkat dengan daya rendah.
  4. Peningkatan Aksesibilitas: SSR dapat meningkatkan aksesibilitas bagi pengguna dengan JavaScript yang dinonaktifkan.
  5. Social Sharing yang Lebih Baik: Social media crawlers dapat dengan mudah mengekstrak metadata dan gambar dari halaman web.

3.3. Kekurangan SSR

Meskipun menawarkan banyak keuntungan, SSR juga memiliki beberapa kekurangan:

  1. Time to First Byte (TTFB) Lebih Lambat: Server membutuhkan waktu untuk merender HTML, yang dapat meningkatkan TTFB.
  2. Kompleksitas Pengembangan Lebih Tinggi: Mengimplementasikan SSR membutuhkan konfigurasi server tambahan dan penanganan state di sisi server.
  3. Biaya Server Lebih Tinggi: Server membutuhkan sumber daya yang lebih besar untuk merender halaman web, yang dapat meningkatkan biaya hosting.
  4. Lebih Banyak Beban Server: Server harus menangani lebih banyak permintaan rendering, yang dapat menyebabkan masalah skalabilitas.
  5. Potensi Masalah SEO: Jika implementasi SSR tidak benar, mesin pencari mungkin mengalami kesulitan mengindeks konten.

3.4. Kapan Menggunakan SSR?

SSR sangat cocok untuk skenario berikut:

  • Aplikasi yang Mengutamakan SEO: Situs web yang bergantung pada peringkat pencarian untuk menarik lalu lintas.
  • Situs Web Konten-Berat: Blog, situs berita, dan situs web e-commerce dengan banyak konten.
  • Aplikasi yang Membutuhkan FCP Cepat: Aplikasi yang ingin memberikan pengalaman pengguna yang cepat dan responsif.
  • Aplikasi dengan Persyaratan Aksesibilitas yang Ketat: Aplikasi yang harus dapat diakses oleh semua pengguna, termasuk mereka yang memiliki JavaScript yang dinonaktifkan.
  • Aplikasi Social Sharing: Situs web yang ingin di-share dengan baik di media sosial.

3.5. Contoh Penggunaan SSR

Beberapa contoh penggunaan SSR di dunia nyata:

  • Next.js: Framework React yang menyediakan SSR out-of-the-box.
  • Nuxt.js: Framework Vue.js yang menyediakan SSR out-of-the-box.
  • Gatsby: Static site generator yang menggunakan React dan GraphQL untuk menghasilkan situs web statis dengan SSR.
  • Angular Universal: Framework untuk mengaktifkan SSR di aplikasi Angular.
  • Express.js: Framework Node.js yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan SSR secara manual.

4. Client-Side Rendering (CSR): Kekuatan di Sisi Klien

4.1. Apa itu Client-Side Rendering (CSR)?

Client-Side Rendering (CSR) adalah proses merender halaman web di browser menggunakan JavaScript. Server mengirimkan file HTML minimal dan JavaScript, dan browser kemudian mengeksekusi JavaScript untuk merender konten dan menangani interaksi pengguna.

Poin-poin penting tentang CSR:

  • HTML Minimal Dikirim dari Server: Server hanya mengirimkan struktur dasar HTML.
  • JavaScript Merender Konten di Browser: JavaScript melakukan sebagian besar pekerjaan rendering.
  • Aplikasi Single-Page (SPA): CSR sering digunakan dalam aplikasi single-page (SPA).
  • Interaktivitas Tinggi: CSR memungkinkan interaksi pengguna yang cepat dan responsif.

4.2. Kelebihan CSR

Berikut adalah beberapa kelebihan utama menggunakan Client-Side Rendering (CSR):

  1. Interaktivitas Tinggi: Aplikasi dapat merespons interaksi pengguna dengan cepat dan responsif tanpa perlu melakukan round trip ke server.
  2. Transisi Halaman Lebih Cepat: Karena sebagian besar konten sudah dimuat di browser, transisi halaman terasa lebih cepat.
  3. Pengembangan Lebih Sederhana (Dalam Beberapa Kasus): Dalam beberapa kasus, pengembangan CSR bisa lebih sederhana daripada SSR karena Anda hanya perlu fokus pada logika sisi klien.
  4. Cache Lebih Baik: Aset statis (JavaScript, CSS, gambar) dapat di-cache di browser, mengurangi beban server.
  5. API-Driven: Sangat cocok untuk aplikasi yang berinteraksi dengan API.

4.3. Kekurangan CSR

Meskipun menawarkan banyak keuntungan, CSR juga memiliki beberapa kekurangan:

  1. SEO yang Lebih Buruk: Mesin pencari mungkin mengalami kesulitan mengindeks konten yang dirender di browser.
  2. First Contentful Paint (FCP) Lebih Lambat: Pengguna mungkin harus menunggu JavaScript dimuat dan dieksekusi sebelum melihat konten.
  3. Membutuhkan JavaScript: Aplikasi tidak akan berfungsi jika JavaScript dinonaktifkan.
  4. Beban Browser Lebih Tinggi: Browser harus melakukan semua pekerjaan rendering, yang dapat membebani perangkat dengan daya rendah.
  5. Masalah Performa: Jika tidak dioptimalkan dengan baik, CSR dapat menyebabkan masalah performa, seperti jank dan lag.

4.4. Kapan Menggunakan CSR?

CSR sangat cocok untuk skenario berikut:

  • Aplikasi Web Interaktif: Aplikasi yang membutuhkan interaksi pengguna yang tinggi, seperti dasbor, aplikasi web, dan game.
  • Aplikasi Single-Page (SPA): Aplikasi yang dirancang untuk memuat sekali dan kemudian memperbarui konten secara dinamis.
  • Aplikasi dengan Autentikasi Pengguna: Aplikasi yang membutuhkan autentikasi pengguna sebelum menampilkan konten.
  • Aplikasi yang Berinteraksi dengan API: Aplikasi yang sering berinteraksi dengan API backend.
  • Aplikasi Mobile: Sering digunakan untuk membangun aplikasi mobile menggunakan framework seperti React Native atau Ionic.

4.5. Contoh Penggunaan CSR

Beberapa contoh penggunaan CSR di dunia nyata:

  • React: Library JavaScript populer untuk membangun antarmuka pengguna.
  • Angular: Framework JavaScript komprehensif untuk membangun aplikasi web.
  • Vue.js: Framework JavaScript progresif untuk membangun antarmuka pengguna.
  • Ember.js: Framework JavaScript untuk membangun aplikasi web ambisius.
  • Svelte: Compiler JavaScript yang mengubah kode Anda menjadi JavaScript vanilla yang sangat efisien.

5. Perbandingan Langsung: Serverless vs SSR vs CSR

5.1. Metrik Perbandingan

Untuk membandingkan Serverless, SSR, dan CSR, kita akan menggunakan metrik berikut:

  • SEO: Kemampuan mesin pencari untuk mengindeks konten.
  • First Contentful Paint (FCP): Waktu yang dibutuhkan untuk menampilkan konten pertama ke pengguna.
  • Time to Interactive (TTI): Waktu yang dibutuhkan agar halaman menjadi interaktif.
  • Biaya: Biaya hosting, pengembangan, dan pemeliharaan.
  • Kompleksitas: Kompleksitas pengembangan dan operasional.
  • Skalabilitas: Kemampuan untuk menangani peningkatan lalu lintas.
  • Aksesibilitas: Kemampuan untuk diakses oleh semua pengguna, termasuk mereka yang memiliki JavaScript yang dinonaktifkan.
  • Keamanan: Tingkat keamanan yang ditawarkan.

5.2. Tabel Perbandingan

Fitur Serverless SSR CSR
SEO Baik (dengan konfigurasi) Sangat Baik Buruk (membutuhkan solusi tambahan)
FCP Baik (bergantung pada cold start) Sangat Baik Buruk
TTI Baik (bergantung pada cold start) Baik Sangat Baik
Biaya Sangat Rendah (bayar sesuai penggunaan) Sedang (membutuhkan server) Rendah (hosting statis)
Kompleksitas Sedang (membutuhkan pemahaman tentang fungsi serverless) Tinggi (membutuhkan konfigurasi server dan penanganan state) Rendah (dalam beberapa kasus, fokus pada sisi klien)
Skalabilitas Sangat Baik (skala otomatis) Baik (membutuhkan konfigurasi server) Baik (CDN membantu skalabilitas)
Aksesibilitas Bergantung pada implementasi Baik Buruk (membutuhkan JavaScript)
Keamanan Baik (tanggung jawab bersama dengan penyedia cloud) Sedang (membutuhkan konfigurasi server yang aman) Rendah (rentan terhadap XSS)

5.3. Analisis Mendalam

Serverless: Serverless menawarkan skalabilitas yang sangat baik dan biaya yang rendah karena Anda hanya membayar untuk komputasi yang Anda gunakan. Namun, cold starts dan debugging yang kompleks bisa menjadi tantangan. SEO bisa baik jika dikonfigurasi dengan benar, misalnya dengan prerendering. Cocok untuk API, pemrosesan data, dan aplikasi web dinamis.

SSR: SSR unggul dalam SEO dan FCP karena konten dirender di server dan dikirim ke browser. Namun, ini lebih kompleks untuk diimplementasikan dan bisa lebih mahal karena membutuhkan sumber daya server yang lebih besar. Cocok untuk situs web konten-berat, blog, dan situs e-commerce yang mengutamakan SEO.

CSR: CSR menawarkan interaktivitas yang tinggi dan transisi halaman yang cepat. Namun, SEO bisa menjadi masalah dan FCP bisa lambat. CSR cocok untuk aplikasi web interaktif, SPA, dan aplikasi dengan autentikasi pengguna.

6. Pertimbangan Tambahan

6.1. SEO (Search Engine Optimization)

SEO sangat penting untuk situs web yang mengandalkan lalu lintas organik. SSR umumnya merupakan pilihan terbaik untuk SEO karena mesin pencari dapat dengan mudah mengindeks konten yang dirender di server. Serverless juga dapat dioptimalkan untuk SEO dengan prerendering. CSR membutuhkan solusi tambahan, seperti prerendering atau dynamic rendering, untuk meningkatkan SEO.

6.2. UX (User Experience)

UX adalah kunci untuk mempertahankan pengguna dan mencapai tujuan bisnis Anda. FCP dan TTI adalah metrik penting yang memengaruhi UX. SSR dan Serverless dapat memberikan FCP yang lebih cepat, sementara CSR menawarkan interaktivitas yang tinggi. Pilih strategi rendering yang memberikan keseimbangan terbaik antara performa dan interaktivitas.

6.3. Keamanan

Keamanan sangat penting untuk melindungi data pengguna dan mencegah serangan. Serverless dan SSR membutuhkan konfigurasi server yang aman. CSR rentan terhadap serangan XSS jika tidak diimplementasikan dengan benar. Ikuti praktik terbaik keamanan web, seperti validasi input dan output escaping, untuk melindungi aplikasi Anda.

6.4. Biaya

Biaya hosting, pengembangan, dan pemeliharaan dapat bervariasi secara signifikan tergantung pada strategi rendering yang Anda pilih. Serverless menawarkan biaya yang rendah karena Anda hanya membayar untuk komputasi yang Anda gunakan. SSR membutuhkan sumber daya server yang lebih besar, yang dapat meningkatkan biaya hosting. CSR menawarkan biaya yang rendah karena Anda dapat menghosting aplikasi Anda secara statis di CDN.

6.5. Skalabilitas

Skalabilitas adalah kemampuan untuk menangani peningkatan lalu lintas tanpa masalah performa. Serverless menawarkan skalabilitas yang sangat baik karena penyedia cloud secara otomatis menskalakan infrastruktur Anda. SSR membutuhkan konfigurasi server yang tepat untuk menangani peningkatan lalu lintas. CSR dapat diskalakan dengan menggunakan CDN untuk mendistribusikan aset statis.

7. Solusi Hybrid: Yang Terbaik dari Kedua Dunia

Dalam banyak kasus, solusi hybrid yang menggabungkan elemen SSR dan CSR adalah pendekatan terbaik. Misalnya, Anda dapat menggunakan SSR untuk halaman yang mengutamakan SEO, seperti halaman beranda dan halaman produk, dan menggunakan CSR untuk halaman yang membutuhkan interaktivitas yang tinggi, seperti dasbor pengguna dan halaman checkout.

Beberapa framework, seperti Next.js dan Nuxt.js, menyediakan fitur untuk mengimplementasikan solusi hybrid dengan mudah. Anda dapat memilih strategi rendering yang berbeda untuk setiap halaman atau komponen, memberikan Anda fleksibilitas maksimum.

8. Studi Kasus: Contoh Nyata

Mari kita lihat beberapa studi kasus tentang bagaimana perusahaan menggunakan Serverless, SSR, dan CSR:

  • Netflix: Menggunakan AWS Lambda untuk memproses streaming video dan mengotomatiskan tugas-tugas operasional.
  • Airbnb: Menggunakan React dan SSR untuk meningkatkan SEO dan FCP di situs web mereka.
  • Facebook: Menggunakan React dan CSR untuk membangun aplikasi web interaktif.
  • The New York Times: Menggunakan Next.js untuk menggabungkan SSR dan CSR untuk pengalaman pengguna yang optimal.

Studi kasus ini menunjukkan bahwa tidak ada solusi yang cocok untuk semua. Pilihan strategi rendering yang tepat tergantung pada kebutuhan dan tujuan spesifik proyek Anda.

9. Kesimpulan: Membuat Pilihan yang Tepat

Memilih antara Serverless, SSR, dan CSR adalah keputusan penting yang memengaruhi performa, SEO, UX, biaya, dan kompleksitas aplikasi web Anda. Pahami kelebihan dan kekurangan masing-masing pendekatan, pertimbangkan kebutuhan spesifik proyek Anda, dan jangan takut untuk bereksperimen dengan solusi hybrid.

Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diingat:

  • SEO: SSR adalah pilihan terbaik untuk SEO, tetapi Serverless dapat dioptimalkan dengan prerendering, dan CSR membutuhkan solusi tambahan.
  • UX: SSR dan Serverless dapat memberikan FCP yang lebih cepat, sementara CSR menawarkan interaktivitas yang tinggi.
  • Biaya: Serverless menawarkan biaya yang rendah, sementara SSR membutuhkan sumber daya server yang lebih besar.
  • Kompleksitas: SSR lebih kompleks untuk diimplementasikan daripada CSR dan Serverless.
  • Skalabilitas: Serverless menawarkan skalabilitas yang sangat baik.

Dengan pemahaman yang mendalam tentang berbagai pendekatan rendering, Anda dapat membuat keputusan yang tepat dan membangun aplikasi web yang sukses.

10. FAQ (Frequently Asked Questions)

  1. Apa itu cold start dalam serverless?

    Cold start adalah waktu yang dibutuhkan untuk menginisialisasi fungsi serverless saat pertama kali dipanggil atau setelah tidak digunakan untuk sementara waktu. Ini dapat menyebabkan latensi yang lebih tinggi untuk permintaan pertama.

  2. Bagaimana cara meningkatkan SEO untuk aplikasi CSR?

    Anda dapat meningkatkan SEO untuk aplikasi CSR dengan menggunakan prerendering atau dynamic rendering. Prerendering melibatkan merender halaman web di server pada waktu build dan menyimpan HTML statis. Dynamic rendering melibatkan menggunakan layanan untuk merender halaman web sesuai permintaan saat mesin pencari mengunjungi situs web.

  3. Apakah SSR selalu lebih baik daripada CSR?

    Tidak, SSR tidak selalu lebih baik daripada CSR. Pilihan strategi rendering yang tepat tergantung pada kebutuhan spesifik proyek Anda. SSR lebih baik untuk SEO dan FCP, sementara CSR lebih baik untuk interaktivitas.

  4. Bagaimana cara memilih antara Next.js dan Nuxt.js?

    Next.js adalah framework React yang menyediakan SSR out-of-the-box, sementara Nuxt.js adalah framework Vue.js yang menyediakan SSR out-of-the-box. Pilih framework yang sesuai dengan library atau framework JavaScript yang Anda gunakan.

  5. Bagaimana cara mengoptimalkan performa aplikasi SSR?

    Anda dapat mengoptimalkan performa aplikasi SSR dengan menggunakan caching, kompresi, dan teknik optimasi kode lainnya.

“`

omcoding

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *