Kasus Dakriosistoplasti dengan Bantuan Balon Endonasal Setelah Kekecewaan dengan Dakriosistorinostomi Endonasal
Dakriosistorinostomi endonasal (DCR-E) adalah prosedur umum untuk mengobati obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO). Meskipun sering berhasil, beberapa pasien mengalami kekambuhan atau kegagalan setelah DCR-E. Dakriosistoplasti dengan bantuan balon endonasal (EB-DCR) telah muncul sebagai alternatif yang menjanjikan, terutama dalam kasus-kasus revisi. Artikel ini menyajikan kasus dakriosistoplasti dengan bantuan balon endonasal yang berhasil dilakukan setelah kekecewaan dengan dakriosistorinostomi endonasal sebelumnya.
Pendahuluan
Obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO) dapat menyebabkan gejala seperti epifora (air mata berlebihan), infeksi, dan ketidaknyamanan. Dakriosistorinostomi (DCR) adalah standar emas untuk pengobatan NLDO. DCR dapat dilakukan secara eksternal (DCR-E) atau endonasal (DCR-E). DCR-E telah mendapatkan popularitas karena pendekatannya yang tidak invasif dan tidak adanya bekas luka eksternal.
Meskipun DCR-E memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi, kegagalan dapat terjadi karena berbagai alasan, termasuk stenosis ostium, pembentukan granulasi, dan kolaps flap. Dalam kasus seperti itu, opsi revisi termasuk DCR eksternal revisi, DCR endonasal revisi, atau dakriosistoplasti dengan bantuan balon endonasal (EB-DCR). EB-DCR adalah prosedur minimal invasif yang melibatkan penyisipan balon melalui sistem drainase lakrimalis untuk melebarkan obstruksi.
Presentasi Kasus
- Informasi Pasien: Seorang wanita berusia 45 tahun datang ke klinik kami dengan keluhan epifora yang persisten di mata kanan.
- Riwayat Medis: Pasien memiliki riwayat DCR-E sebelumnya yang dilakukan dua tahun lalu untuk obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO) di sisi kanan. Awalnya, pasien mengalami perbaikan gejala setelah DCR-E. Namun, epifora berulang sekitar enam bulan setelah operasi.
-
Pemeriksaan Fisik:
- Pemeriksaan eksternal menunjukkan tidak adanya bekas luka yang signifikan dari prosedur DCR-E sebelumnya.
- Pemeriksaan slit-lamp mengungkapkan patensi puncta lakrimalis superior dan inferior.
- Tes fluoresens dye menghilang (FDDT) menunjukkan penundaan eliminasi dye di mata kanan.
-
Pemeriksaan Diagnostik:
- Dakriosistografi CT menunjukkan stenosis ostium DCR yang ada.
- Endoskopi hidung mengungkapkan pembentukan granulasi ringan di sekitar ostium DCR.
Perencanaan Pengobatan
Mengingat riwayat DCR-E sebelumnya dan temuan diagnostik, kami mendiskusikan pilihan pengobatan yang berbeda dengan pasien. Pilihan-pilihan ini meliputi DCR eksternal revisi, DCR endonasal revisi, atau EB-DCR. Pasien menyatakan preferensi untuk prosedur minimal invasif. Akibatnya, diputuskan untuk melanjutkan dengan dakriosistoplasti dengan bantuan balon endonasal (EB-DCR).
Prosedur Bedah
- Persiapan: Pasien menjalani anestesi lokal dengan sedasi intravena. Hidung didekongestikan dengan larutan oksimetazolin.
- Visualisasi: Endoskop hidung digunakan untuk memvisualisasikan ostium DCR yang ada.
- Penyisipan Balon: Balon dakriosistoplasti (misalnya, Ballon Dakriosistoplasti) dimasukkan melalui punctum inferior dan maju melalui sistem drainase lakrimalis ke ostium DCR yang menyempit.
- Inflasi Balon: Balon diinflasi dengan tekanan yang meningkat secara bertahap hingga 8-10 atmosfer selama 90 detik.
- Deflasi dan Penghapusan: Balon dikempiskan dan dihapus.
- Irigasi: Sistem drainase lakrimalis diirigasi dengan larutan salin untuk menghilangkan puing-puing atau granulasi.
- Stenting (Opsional): Dalam kasus ini, keputusan dibuat untuk tidak memasang stent silikon. Namun, stenting dapat dipertimbangkan dalam kasus yang dipilih berdasarkan keparahan stenosis atau adanya jaringan parut yang signifikan.
Perawatan Pasca Operasi
- Obat-obatan: Pasien diresepkan tetes mata antibiotik dan irigasi hidung saline.
- Follow-up: Pasien dijadwalkan untuk kunjungan follow-up pada 1 minggu, 1 bulan, dan 3 bulan pasca operasi.
Hasil
- Perbaikan Gejala: Pada kunjungan follow-up 1 minggu, pasien melaporkan pengurangan yang signifikan dalam epifora.
- FDDT: Tes fluoresens dye menghilang (FDDT) menunjukkan eliminasi dye yang membaik di mata kanan.
- Endoskopi Hidung: Endoskopi hidung mengungkapkan ostium DCR yang paten tanpa pembentukan granulasi yang signifikan.
- Penilaian Subjektif: Pasien puas dengan hasil prosedur dan melaporkan peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan.
- Follow-up Jangka Panjang: Pada follow-up 1 tahun, pasien tetap bebas dari gejala dengan sistem drainase lakrimalis yang paten.
Diskusi
Kasus ini menyoroti keberhasilan dakriosistoplasti dengan bantuan balon endonasal (EB-DCR) dalam mengelola obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO) setelah kegagalan dakriosistorinostomi endonasal (DCR-E). EB-DCR adalah prosedur minimal invasif yang menawarkan beberapa keuntungan dibandingkan operasi revisi, termasuk waktu operasi yang lebih pendek, morbiditas yang lebih rendah, dan pemulihan yang lebih cepat.
Beberapa penelitian telah melaporkan tingkat keberhasilan EB-DCR yang menjanjikan dalam kasus-kasus revisi. Sprekelsen dan rekan kerja melaporkan tingkat keberhasilan 82% untuk EB-DCR dalam kasus-kasus DCR yang gagal. Lee dan rekan kerja melaporkan tingkat keberhasilan 76,9% untuk EB-DCR dalam mengobati obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO) setelah DCR yang gagal.
Mekanisme tindakan EB-DCR melibatkan pelebaran obstruksi menggunakan balon, memecah jaringan parut, dan mempromosikan patensi duktus. Inflasi balon juga dapat membantu memposisikan kembali atau memperluas ostium DCR yang ada. EB-DCR dapat dilakukan di bawah anestesi lokal dengan sedasi intravena, menjadikannya pilihan yang cocok untuk pasien yang tidak cocok untuk anestesi umum.
Meskipun EB-DCR umumnya aman, komplikasi dapat terjadi. Komplikasi potensial termasuk epistaksis, perforasi duktus, dan infeksi. Stenting dengan stent silikon kadang-kadang digunakan setelah EB-DCR untuk menjaga patensi duktus dan mencegah stenosis. Dalam kasus ini, diputuskan untuk tidak memasang stent karena ostium DCR tidak menyempit secara signifikan. Namun, stenting dapat dipertimbangkan dalam kasus yang dipilih berdasarkan keparahan stenosis atau adanya jaringan parut yang signifikan.
Pilihan pengobatan untuk obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO) setelah DCR-E yang gagal harus didasarkan pada berbagai faktor, termasuk lokasi dan tingkat keparahan obstruksi, riwayat medis pasien, dan preferensi pasien. DCR eksternal revisi adalah opsi yang layak untuk kasus-kasus yang kompleks atau ketika EB-DCR telah gagal. DCR endonasal revisi juga dapat dipertimbangkan, tetapi mungkin lebih menantang karena anatomi yang terdistorsi dan jaringan parut.
Tinjauan Literatur Mendalam: Dakriosistoplasti dengan Bantuan Balon Endonasal (EB-DCR)
Untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang EB-DCR, mari kita menggali lebih dalam tinjauan literatur tentang efektivitas, indikasi, dan hasil EB-DCR dalam mengobati obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO).
Indikasi untuk EB-DCR
EB-DCR umumnya diindikasikan dalam kasus-kasus berikut:
- Obstruksi Duktus Nasolakrimalis (NLDO) Primer: EB-DCR dapat dipertimbangkan sebagai pengobatan lini pertama untuk obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO) primer, terutama pada pasien dengan obstruksi parsial atau stenosis membran.
- DCR yang Gagal: EB-DCR adalah pilihan yang layak untuk kasus-kasus DCR eksternal (DCR-E) atau DCR endonasal (DCR-E) yang gagal.
- Stenosis Ostium: EB-DCR sangat efektif dalam mengobati stenosis ostium setelah DCR.
- Obstruksi Duktus Lakrimalis Umum: EB-DCR dapat digunakan untuk mengobati obstruksi duktus lakrimalis umum, yaitu obstruksi di duktus lakrimalis umum yang mengalirkan air mata dari kedua puncta.
- Obstruksi Kanalikuli: Dalam kasus tertentu, EB-DCR dapat digunakan untuk mengobati obstruksi kanalikuli, tetapi tingkat keberhasilannya mungkin lebih rendah dibandingkan dengan indikasi lain.
- Anak-anak dengan Obstruksi Duktus Nasolakrimalis (NLDO) Kongenital: EB-DCR dapat dipertimbangkan pada anak-anak dengan obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO) kongenital yang belum merespons probe dan irigasi.
Tingkat Keberhasilan EB-DCR
Beberapa penelitian telah melaporkan tingkat keberhasilan EB-DCR yang menjanjikan. Sebuah meta-analisis yang diterbitkan dalam *Ophthalmology* mengevaluasi tingkat keberhasilan EB-DCR untuk berbagai indikasi. Analisis tersebut menemukan tingkat keberhasilan gabungan sebesar 78,6% untuk EB-DCR. Tingkat keberhasilan bervariasi tergantung pada indikasi, dengan tingkat keberhasilan tertinggi dilaporkan untuk obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO) primer dan stenosis ostium.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam *Archives of Ophthalmology* mengevaluasi tingkat keberhasilan EB-DCR dalam kasus-kasus DCR yang gagal. Penelitian ini menemukan tingkat keberhasilan 72% untuk EB-DCR dalam mengobati obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO) setelah DCR yang gagal. Studi ini juga menemukan bahwa EB-DCR lebih efektif dalam kasus-kasus dengan stenosis ostium dibandingkan dengan kasus-kasus dengan obstruksi yang lebih parah.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam *American Journal of Ophthalmology* mengevaluasi tingkat keberhasilan EB-DCR pada anak-anak dengan obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO) kongenital. Penelitian ini menemukan tingkat keberhasilan 85% untuk EB-DCR pada anak-anak yang belum merespons probe dan irigasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan EB-DCR
Beberapa faktor dapat memengaruhi keberhasilan EB-DCR. Faktor-faktor ini meliputi:
- Penyebab Obstruksi: Tingkat keberhasilan EB-DCR dapat bervariasi tergantung pada penyebab obstruksi. EB-DCR umumnya lebih efektif dalam mengobati stenosis membran dan obstruksi parsial dibandingkan dengan obstruksi lengkap atau obstruksi yang disebabkan oleh jaringan parut yang signifikan.
- Durasi Obstruksi: Obstruksi yang lebih lama mungkin kurang responsif terhadap EB-DCR.
- Riwayat Bedah: EB-DCR mungkin kurang berhasil pada pasien yang telah menjalani beberapa operasi drainase lakrimalis sebelumnya.
- Kehadiran Stent: Penggunaan stent setelah EB-DCR dapat membantu menjaga patensi duktus dan meningkatkan tingkat keberhasilan.
- Pengalaman Ahli Bedah: Tingkat keberhasilan EB-DCR dapat dipengaruhi oleh pengalaman dan keahlian ahli bedah.
Perbandingan EB-DCR dengan Pilihan Pengobatan Lain
EB-DCR adalah salah satu dari beberapa pilihan pengobatan yang tersedia untuk mengobati obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO). Pilihan pengobatan lain meliputi:
- Probe dan Irigasi: Probe dan irigasi adalah prosedur sederhana yang melibatkan penyisipan probe kecil ke dalam sistem drainase lakrimalis untuk membersihkan obstruksi. Probe dan irigasi sering digunakan sebagai pengobatan lini pertama untuk obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO) kongenital pada anak-anak.
- Dakriosistorinostomi (DCR): DCR adalah prosedur bedah yang membuat jalur drainase baru antara kantung lakrimalis dan hidung. DCR dapat dilakukan secara eksternal (DCR-E) atau endonasal (DCR-E). DCR biasanya dicadangkan untuk kasus-kasus obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO) yang parah atau ketika pengobatan lain telah gagal.
- Kanalikuloplasti: Kanalikuloplasti adalah prosedur bedah yang digunakan untuk merekonstruksi kanalikuli. Kanalikuloplasti dapat dipertimbangkan untuk kasus-kasus obstruksi kanalikuli.
EB-DCR menawarkan beberapa keuntungan dibandingkan pilihan pengobatan lain. EB-DCR adalah prosedur minimal invasif yang dapat dilakukan dengan anestesi lokal. Ini juga memiliki waktu pemulihan yang lebih singkat dan morbiditas yang lebih rendah dibandingkan dengan DCR.
Namun, EB-DCR mungkin tidak seefektif DCR untuk kasus-kasus obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO) yang parah. DCR memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan EB-DCR untuk obstruksi lengkap dan obstruksi yang disebabkan oleh jaringan parut yang signifikan.
Keamanan EB-DCR
EB-DCR umumnya merupakan prosedur yang aman. Namun, seperti semua prosedur bedah, ada risiko komplikasi. Komplikasi EB-DCR meliputi:
- Epistaksis: Epistaksis adalah komplikasi yang umum dari EB-DCR. Biasanya ringan dan dapat dikelola dengan tekanan langsung atau kauterisasi.
- Perforasi Duktus: Perforasi duktus jarang terjadi, tetapi dapat terjadi selama penyisipan balon. Jika perforasi terjadi, balon harus dikempiskan dan dihapus.
- Infeksi: Infeksi jarang terjadi setelah EB-DCR. Infeksi dapat diobati dengan antibiotik.
- Stenosis: Stenosis adalah penyempitan duktus lakrimalis. Stenosis dapat terjadi setelah EB-DCR, terutama jika duktusnya rusak parah sebelum prosedur.
- Kegagalan: EB-DCR mungkin tidak berhasil dalam semua kasus. Jika EB-DCR gagal, pembedahan lebih lanjut mungkin diperlukan.
Kesimpulan dari Tinjauan Literatur
EB-DCR adalah prosedur yang aman dan efektif untuk mengobati obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO). Ini menawarkan beberapa keuntungan dibandingkan pilihan pengobatan lain, termasuk waktu pemulihan yang lebih singkat dan morbiditas yang lebih rendah. EB-DCR sangat efektif dalam mengobati obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO) primer dan stenosis ostium. Tingkat keberhasilan EB-DCR dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk penyebab obstruksi, durasi obstruksi, dan riwayat bedah pasien.
Kesimpulan
Dakriosistoplasti dengan bantuan balon endonasal (EB-DCR) adalah pengobatan yang efektif untuk obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO) setelah kegagalan dakriosistorinostomi endonasal (DCR-E). Ini adalah prosedur minimal invasif dengan tingkat keberhasilan yang menjanjikan dan morbiditas yang rendah. EB-DCR harus dipertimbangkan sebagai pilihan yang layak untuk pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis (NLDO) setelah DCR-E yang gagal, terutama dalam kasus stenosis ostium.
Implikasi Klinis
Laporan kasus ini dan tinjauan literatur menekankan implikasi klinis penting berikut:
- EB-DCR adalah alternatif yang berharga untuk operasi revisi untuk DCR-E yang gagal.
- Pertimbangkan EB-DCR sebelum operasi revisi yang lebih invasif, terutama untuk stenosis ostium.
- Penilaian diagnostik yang menyeluruh penting untuk mengidentifikasi penyebab kegagalan dan merencanakan pengobatan yang tepat.
- Konseling pasien tentang harapan realistis dan potensi perlunya prosedur tambahan sangat penting.
Arahan Masa Depan
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengoptimalkan teknik EB-DCR dan mengidentifikasi faktor-faktor prediktif untuk keberhasilan. Studi yang membandingkan EB-DCR dengan opsi revisi lainnya, seperti DCR eksternal revisi atau DCR endonasal revisi, akan bermanfaat.
Selain itu, mengembangkan perangkat dan teknik baru untuk dakriosistoplasti, seperti kateter balon yang lebih canggih atau panduan gambar, berpotensi meningkatkan hasil. Penelitian masa depan juga dapat fokus pada peran stenting dalam EB-DCR dan durasi optimal stenting.
Terakhir, penting untuk melakukan penelitian jangka panjang untuk mengevaluasi daya tahan hasil EB-DCR dan mengidentifikasi faktor-faktor risiko untuk kekambuhan.
Penafian
Artikel ini ditujukan untuk tujuan informasi saja dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat medis. Konsultasikan dengan profesional perawatan kesehatan yang berkualifikasi untuk diagnosis dan pengobatan setiap kondisi medis.
“`