Thursday

19-06-2025 Vol 19

As A DevOps Engineer: What Are The Best Practices To Boost Performance? Any Expert Who Can Guide Through This To All

Sebagai DevOps Engineer: Praktik Terbaik untuk Meningkatkan Performa

DevOps telah menjadi tulang punggung modern pengembangan dan operasional perangkat lunak. Sebagai seorang DevOps Engineer, Anda berada di garis depan dalam merampingkan proses, mengotomatiskan tugas, dan memastikan kolaborasi yang lancar antara tim pengembang dan operasional. Namun, dengan lanskap teknologi yang terus berkembang, sangat penting untuk terus mengasah keterampilan Anda dan menerapkan praktik terbaik untuk tidak hanya menjaga, tetapi juga meningkatkan kinerja secara signifikan. Artikel ini bertujuan untuk menjadi panduan komprehensif Anda, memberikan wawasan ahli dan strategi praktis untuk menjadi seorang DevOps Engineer yang berkinerja tinggi.

Mengapa Praktik Terbaik DevOps Penting?

Sebelum kita menyelami praktik-praktik spesifik, mari kita pahami mengapa mengadopsi praktik terbaik DevOps itu penting:

  • Peningkatan Efisiensi: Mengotomatiskan tugas berulang membebaskan waktu berharga untuk inovasi dan pemecahan masalah strategis.
  • Pengurangan Risiko: Praktik yang matang meminimalkan risiko kesalahan manusia, penyebaran yang gagal, dan downtime sistem.
  • Waktu Pasar yang Lebih Cepat: Mengirimkan fitur dan pembaruan lebih cepat memberi Anda keunggulan kompetitif.
  • Peningkatan Kolaborasi: Memecah silo antara tim pengembangan dan operasional menumbuhkan lingkungan kerja yang lebih produktif dan harmonis.
  • Skalabilitas yang Lebih Baik: Infrastruktur yang terkelola dengan baik dan alur kerja yang otomatis memungkinkan Anda untuk menskalakan aplikasi Anda dengan mudah sesuai permintaan.

Kerangka Praktik Terbaik DevOps

Kerangka berikut merangkum praktik terbaik yang akan kita bahas secara mendalam:

  1. Infrastructure as Code (IaC): Mengelola infrastruktur melalui kode.
  2. Continuous Integration/Continuous Delivery (CI/CD): Mengotomatiskan proses pengembangan dan penyebaran.
  3. Monitoring dan Logging yang Proaktif: Mengumpulkan dan menganalisis data secara real-time untuk mendeteksi dan mengatasi masalah.
  4. Otomatisasi: Mengotomatiskan tugas berulang untuk meningkatkan efisiensi.
  5. Kolaborasi dan Komunikasi: Membangun komunikasi yang efektif antara tim.
  6. Keamanan sebagai Kode (Security as Code): Mengintegrasikan keamanan ke dalam siklus hidup pengembangan.
  7. Manajemen Konfigurasi: Memastikan konsistensi di seluruh lingkungan.
  8. Infrastructure as Code (IaC): Mengelola infrastruktur melalui kode.
  9. Continuous Integration/Continuous Delivery (CI/CD): Mengotomatiskan proses pengembangan dan penyebaran.
  10. Monitoring dan Logging yang Proaktif: Mengumpulkan dan menganalisis data secara real-time untuk mendeteksi dan mengatasi masalah.
  11. Otomatisasi: Mengotomatiskan tugas berulang untuk meningkatkan efisiensi.
  12. Kolaborasi dan Komunikasi: Membangun komunikasi yang efektif antara tim.
  13. Keamanan sebagai Kode (Security as Code): Mengintegrasikan keamanan ke dalam siklus hidup pengembangan.
  14. Manajemen Konfigurasi: Memastikan konsistensi di seluruh lingkungan.
  15. Penskalaan dan Elastisitas: Mendesain sistem yang dapat menskalakan secara otomatis.
  16. Microservices: Menggunakan arsitektur microservices untuk meningkatkan fleksibilitas.
  17. Containerization: Menggunakan container untuk standarisasi dan isolasi.
  18. Cloud-Native: Mendesain aplikasi untuk cloud.
  19. Feedback Loops: Membuat feedback loops untuk perbaikan berkelanjutan.
  20. Budaya DevOps: Membangun budaya DevOps yang kuat.

Penjelasan Mendalam tentang Praktik Terbaik DevOps

1. Infrastructure as Code (IaC)

IaC adalah praktik mengelola dan menyediakan infrastruktur melalui kode, bukan melalui proses manual. Ini memungkinkan Anda untuk mengotomatiskan pembuatan, modifikasi, dan penghancuran sumber daya infrastruktur.

Manfaat IaC:

  • Konsistensi: Memastikan bahwa infrastruktur dikonfigurasi secara konsisten di seluruh lingkungan.
  • Reproducibility: Memungkinkan Anda untuk membuat ulang lingkungan infrastruktur dengan mudah.
  • Versioning: Memungkinkan Anda untuk melacak perubahan pada infrastruktur Anda.
  • Otomatisasi: Memungkinkan Anda untuk mengotomatiskan penyediaan dan pengelolaan infrastruktur.
  • Efisiensi: Mengurangi waktu dan upaya yang dibutuhkan untuk mengelola infrastruktur.

Alat IaC yang Populer:

  • Terraform: Alat IaC agnostik cloud yang populer.
  • AWS CloudFormation: Layanan IaC khusus untuk AWS.
  • Azure Resource Manager: Layanan IaC khusus untuk Azure.
  • Google Cloud Deployment Manager: Layanan IaC khusus untuk Google Cloud.
  • Ansible: Alat otomatisasi yang juga dapat digunakan untuk IaC.

Praktik Terbaik IaC:

  • Version control: Simpan kode infrastruktur Anda di sistem version control seperti Git.
  • Modularization: Pecah kode infrastruktur Anda menjadi modul-modul yang lebih kecil dan dapat digunakan kembali.
  • Testing: Uji kode infrastruktur Anda untuk memastikan bahwa kode tersebut berfungsi seperti yang diharapkan.
  • Documentation: Dokumentasikan kode infrastruktur Anda untuk membantu orang lain memahaminya.

2. Continuous Integration/Continuous Delivery (CI/CD)

CI/CD adalah serangkaian praktik yang mengotomatiskan proses pengembangan dan penyebaran perangkat lunak. CI berfokus pada pengintegrasian perubahan kode secara teratur, sedangkan CD berfokus pada pengiriman kode secara otomatis ke lingkungan produksi.

Manfaat CI/CD:

  • Pengiriman yang Lebih Cepat: Mengirimkan fitur dan pembaruan lebih cepat ke pasar.
  • Peningkatan Kualitas: Mendeteksi dan memperbaiki bug lebih awal dalam siklus hidup pengembangan.
  • Pengurangan Risiko: Mengurangi risiko kesalahan penyebaran.
  • Umpan Balik yang Lebih Cepat: Mendapatkan umpan balik lebih cepat dari pengguna.
  • Peningkatan Efisiensi: Mengotomatiskan tugas berulang, membebaskan waktu untuk inovasi.

Alat CI/CD yang Populer:

  • Jenkins: Server otomatisasi open-source yang populer.
  • GitLab CI: CI/CD terintegrasi dengan GitLab.
  • GitHub Actions: CI/CD terintegrasi dengan GitHub.
  • CircleCI: Platform CI/CD berbasis cloud.
  • Azure DevOps: Layanan DevOps dari Microsoft.

Praktik Terbaik CI/CD:

  • Automate everything: Otomatiskan sebanyak mungkin proses pengembangan dan penyebaran.
  • Version control: Simpan semua kode Anda di sistem version control.
  • Frequent commits: Lakukan commit kode secara teratur.
  • Automated testing: Tulis dan jalankan pengujian otomatis.
  • Continuous feedback: Dapatkan umpan balik secara teratur dari pengguna.

3. Monitoring dan Logging yang Proaktif

Monitoring dan logging yang proaktif sangat penting untuk mendeteksi dan mengatasi masalah sebelum masalah tersebut memengaruhi pengguna. Ini melibatkan pengumpulan dan analisis data secara real-time tentang kinerja aplikasi dan infrastruktur Anda.

Manfaat Monitoring dan Logging yang Proaktif:

  • Deteksi Masalah Dini: Mengidentifikasi masalah sebelum memengaruhi pengguna.
  • Peningkatan Kinerja: Mengidentifikasi dan memperbaiki bottleneck kinerja.
  • Peningkatan Keamanan: Mendeteksi dan merespons ancaman keamanan.
  • Pemecahan Masalah yang Lebih Cepat: Mempercepat proses pemecahan masalah.
  • Visibilitas yang Lebih Baik: Memberikan visibilitas ke dalam kinerja aplikasi dan infrastruktur.

Alat Monitoring dan Logging yang Populer:

  • Prometheus: Sistem monitoring dan alerting open-source.
  • Grafana: Platform visualisasi data open-source.
  • ELK Stack (Elasticsearch, Logstash, Kibana): Solusi logging dan analisis data open-source.
  • Datadog: Platform monitoring dan analytics berbasis cloud.
  • New Relic: Platform monitoring dan analytics berbasis cloud.

Praktik Terbaik Monitoring dan Logging yang Proaktif:

  • Monitor everything: Pantau semua aspek aplikasi dan infrastruktur Anda.
  • Set alerts: Atur peringatan untuk masalah penting.
  • Analyze logs: Analisis log secara teratur untuk mengidentifikasi tren dan masalah.
  • Use dashboards: Gunakan dasbor untuk memvisualisasikan data monitoring.
  • Automate remediation: Otomatiskan tugas perbaikan untuk masalah umum.

4. Otomatisasi

Otomatisasi adalah kunci untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi kesalahan manusia. Sebagai seorang DevOps Engineer, Anda harus terus mencari cara untuk mengotomatiskan tugas berulang, seperti penyebaran, konfigurasi, dan pemantauan.

Manfaat Otomatisasi:

  • Peningkatan Efisiensi: Mengurangi waktu dan upaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas.
  • Pengurangan Kesalahan: Mengurangi risiko kesalahan manusia.
  • Konsistensi: Memastikan bahwa tugas diselesaikan secara konsisten setiap saat.
  • Skalabilitas: Memungkinkan Anda untuk menskalakan operasi Anda dengan mudah.
  • Pembebasan Sumber Daya: Membebaskan sumber daya untuk fokus pada tugas yang lebih strategis.

Alat Otomatisasi yang Populer:

  • Ansible: Alat otomatisasi yang kuat untuk konfigurasi, penyebaran, dan orkestrasi.
  • Chef: Alat otomatisasi yang berfokus pada manajemen konfigurasi.
  • Puppet: Alat otomatisasi yang berfokus pada manajemen konfigurasi.
  • SaltStack: Alat otomatisasi yang berfokus pada manajemen konfigurasi dan orkestrasi.
  • Bash scripting: Bahasa scripting yang dapat digunakan untuk mengotomatiskan tugas-tugas sederhana.

Praktik Terbaik Otomatisasi:

  • Start small: Mulailah dengan mengotomatiskan tugas-tugas yang sederhana dan berulang.
  • Use version control: Simpan skrip otomatisasi Anda di sistem version control.
  • Test your scripts: Uji skrip otomatisasi Anda untuk memastikan bahwa skrip tersebut berfungsi seperti yang diharapkan.
  • Document your scripts: Dokumentasikan skrip otomatisasi Anda untuk membantu orang lain memahaminya.
  • Monitor your scripts: Pantau skrip otomatisasi Anda untuk memastikan bahwa skrip tersebut berjalan dengan benar.

5. Kolaborasi dan Komunikasi

DevOps adalah tentang kolaborasi dan komunikasi antara tim pengembangan, operasional, dan keamanan. Membangun komunikasi yang efektif dan saling percaya adalah kunci untuk keberhasilan DevOps.

Manfaat Kolaborasi dan Komunikasi:

  • Peningkatan Kecepatan: Mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas.
  • Peningkatan Kualitas: Mengidentifikasi dan memperbaiki masalah lebih awal.
  • Peningkatan Inovasi: Menumbuhkan kreativitas dan inovasi.
  • Peningkatan Kepuasan Kerja: Menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan produktif.
  • Pengurangan Konflik: Mengurangi konflik dan miskomunikasi.

Strategi Kolaborasi dan Komunikasi:

  • Gunakan alat kolaborasi: Gunakan alat seperti Slack, Microsoft Teams, atau Google Workspace untuk memfasilitasi komunikasi.
  • Adakan pertemuan rutin: Adakan pertemuan rutin untuk membahas kemajuan, masalah, dan rencana.
  • Bagikan pengetahuan: Bagikan pengetahuan dan keterampilan dengan anggota tim lainnya.
  • Berikan umpan balik: Berikan umpan balik yang konstruktif kepada anggota tim lainnya.
  • Bangun kepercayaan: Bangun kepercayaan dengan anggota tim lainnya.

6. Keamanan sebagai Kode (Security as Code)

Security as Code adalah praktik mengintegrasikan keamanan ke dalam seluruh siklus hidup pengembangan perangkat lunak, mulai dari perencanaan hingga penyebaran dan pemantauan. Ini melibatkan mengotomatiskan tugas-tugas keamanan, seperti analisis kode statis, pengujian keamanan, dan manajemen kerentanan.

Manfaat Security as Code:

  • Peningkatan Keamanan: Mengurangi risiko kerentanan keamanan.
  • Pengiriman yang Lebih Cepat: Mengirimkan perangkat lunak lebih cepat tanpa mengorbankan keamanan.
  • Pengurangan Biaya: Mengurangi biaya yang terkait dengan insiden keamanan.
  • Kepatuhan yang Lebih Baik: Memenuhi persyaratan kepatuhan yang lebih baik.
  • Otomatisasi: Mengotomatiskan tugas-tugas keamanan, membebaskan sumber daya.

Alat Security as Code yang Populer:

  • Static Application Security Testing (SAST): Alat yang menganalisis kode sumber untuk mengidentifikasi kerentanan keamanan.
  • Dynamic Application Security Testing (DAST): Alat yang menguji aplikasi yang berjalan untuk mengidentifikasi kerentanan keamanan.
  • Software Composition Analysis (SCA): Alat yang mengidentifikasi kerentanan keamanan dalam komponen open-source.
  • Infrastructure as Code (IaC) Security Scanning: Alat yang menganalisis kode IaC untuk mengidentifikasi miskonfigurasi keamanan.
  • Container Security Scanning: Alat yang menganalisis container images untuk mengidentifikasi kerentanan keamanan.

Praktik Terbaik Security as Code:

  • Integrasikan keamanan ke dalam CI/CD pipeline: Jalankan pengujian keamanan secara otomatis sebagai bagian dari CI/CD pipeline.
  • Otomatiskan remediation: Otomatiskan tugas perbaikan untuk kerentanan keamanan umum.
  • Gunakan alat keamanan: Gunakan alat keamanan untuk mengotomatiskan tugas-tugas keamanan dan mengidentifikasi kerentanan.
  • Latih tim Anda: Latih tim Anda tentang keamanan dan praktik terbaik Security as Code.
  • Pantau keamanan: Pantau aplikasi dan infrastruktur Anda untuk mendeteksi dan merespons ancaman keamanan.

7. Manajemen Konfigurasi

Manajemen konfigurasi adalah proses mengelola dan memelihara konfigurasi sistem dan aplikasi Anda. Ini memastikan bahwa semua lingkungan (pengembangan, pengujian, produksi) dikonfigurasi secara konsisten.

Manfaat Manajemen Konfigurasi:

  • Konsistensi: Memastikan bahwa semua lingkungan dikonfigurasi secara konsisten.
  • Reproducibility: Memungkinkan Anda untuk membuat ulang lingkungan dengan mudah.
  • Pengurangan Risiko: Mengurangi risiko kesalahan konfigurasi.
  • Efisiensi: Mengotomatiskan proses manajemen konfigurasi.
  • Auditability: Memberikan audit trail perubahan konfigurasi.

Alat Manajemen Konfigurasi yang Populer:

  • Ansible: Alat otomatisasi yang juga dapat digunakan untuk manajemen konfigurasi.
  • Chef: Alat otomatisasi yang berfokus pada manajemen konfigurasi.
  • Puppet: Alat otomatisasi yang berfokus pada manajemen konfigurasi.
  • SaltStack: Alat otomatisasi yang berfokus pada manajemen konfigurasi dan orkestrasi.

Praktik Terbaik Manajemen Konfigurasi:

  • Use version control: Simpan konfigurasi Anda di sistem version control.
  • Automate your configuration: Otomatiskan proses manajemen konfigurasi.
  • Test your configuration: Uji konfigurasi Anda untuk memastikan bahwa konfigurasi tersebut berfungsi seperti yang diharapkan.
  • Document your configuration: Dokumentasikan konfigurasi Anda untuk membantu orang lain memahaminya.
  • Monitor your configuration: Pantau konfigurasi Anda untuk memastikan bahwa konfigurasi tersebut tidak berubah secara tidak terduga.

8. Penskalaan dan Elastisitas

Penskalaan dan elastisitas sangat penting untuk memastikan bahwa aplikasi Anda dapat menangani fluktuasi lalu lintas dan permintaan. Penskalaan adalah kemampuan untuk meningkatkan kapasitas aplikasi Anda, sedangkan elastisitas adalah kemampuan untuk menskalakan aplikasi Anda secara otomatis sesuai permintaan.

Manfaat Penskalaan dan Elastisitas:

  • Ketersediaan yang Lebih Tinggi: Memastikan bahwa aplikasi Anda selalu tersedia.
  • Peningkatan Kinerja: Memastikan bahwa aplikasi Anda berkinerja baik bahkan di bawah beban yang berat.
  • Pengurangan Biaya: Mengurangi biaya dengan hanya membayar untuk sumber daya yang Anda gunakan.
  • Responsif Terhadap Permintaan: Memungkinkan Anda untuk merespons fluktuasi lalu lintas dan permintaan secara otomatis.

Strategi Penskalaan dan Elastisitas:

  • Horizontal scaling: Menambahkan lebih banyak mesin ke cluster Anda.
  • Vertical scaling: Meningkatkan kapasitas mesin yang ada.
  • Auto-scaling: Menskalakan aplikasi Anda secara otomatis sesuai permintaan.
  • Load balancing: Mendistribusikan lalu lintas ke beberapa mesin.
  • Caching: Menyimpan data yang sering diakses dalam cache untuk meningkatkan kinerja.

9. Microservices

Microservices adalah pendekatan arsitektur yang memecah aplikasi menjadi layanan-layanan kecil yang independen. Setiap layanan dapat dikembangkan, disebarkan, dan diskalakan secara independen.

Manfaat Microservices:

  • Peningkatan Fleksibilitas: Memungkinkan Anda untuk mengembangkan dan menyebarkan layanan secara independen.
  • Peningkatan Skalabilitas: Memungkinkan Anda untuk menskalakan layanan secara independen.
  • Peningkatan Resiliensi: Jika satu layanan gagal, layanan lainnya akan terus beroperasi.
  • Pengembangan yang Lebih Cepat: Tim dapat bekerja secara independen pada layanan yang berbeda.
  • Adopsi Teknologi yang Lebih Mudah: Memungkinkan Anda untuk mengadopsi teknologi baru dengan lebih mudah.

Pertimbangan Microservices:

  • Kompleksitas: Microservices dapat menambah kompleksitas pada arsitektur Anda.
  • Komunikasi: Layanan-layanan harus berkomunikasi satu sama lain.
  • Distribusi: Layanan-layanan didistribusikan di seluruh lingkungan.
  • Monitoring: Membutuhkan monitoring yang komprehensif.

10. Containerization

Containerization adalah teknologi yang mengemas aplikasi dan semua dependensinya ke dalam sebuah container. Container dapat dijalankan di lingkungan apa pun yang mendukung containerization.

Manfaat Containerization:

  • Konsistensi: Memastikan bahwa aplikasi berjalan secara konsisten di lingkungan apa pun.
  • Portabilitas: Memungkinkan Anda untuk memindahkan aplikasi dengan mudah di antara lingkungan.
  • Efisiensi: Menggunakan sumber daya yang lebih sedikit daripada virtual machine.
  • Isolasi: Container mengisolasi aplikasi satu sama lain.
  • Deployment yang Lebih Cepat: Mempercepat proses penyebaran.

Alat Containerization yang Populer:

  • Docker: Platform containerization yang populer.
  • Kubernetes: Sistem orkestrasi container.

11. Cloud-Native

Cloud-native adalah pendekatan untuk membangun dan menjalankan aplikasi yang memanfaatkan sepenuhnya model komputasi cloud. Aplikasi cloud-native dirancang untuk diskalakan, tahan banting, dan fleksibel.

Prinsip Cloud-Native:

  • Microservices: Memecah aplikasi menjadi layanan-layanan kecil yang independen.
  • Containerization: Mengemas aplikasi dan dependensinya ke dalam container.
  • Orkestrasi: Menggunakan platform orkestrasi container seperti Kubernetes untuk mengelola container.
  • DevOps: Mengadopsi praktik DevOps untuk mengotomatiskan proses pengembangan dan penyebaran.
  • Automation: Mengotomatiskan tugas-tugas berulang.

12. Feedback Loops

Membangun feedback loops yang kuat sangat penting untuk perbaikan berkelanjutan. Ini melibatkan pengumpulan umpan balik dari pengguna, tim pengembang, dan tim operasional, serta menggunakan umpan balik ini untuk meningkatkan proses dan produk.

Jenis Feedback Loops:

  • Umpan balik pengguna: Mengumpulkan umpan balik dari pengguna tentang pengalaman mereka dengan aplikasi.
  • Umpan balik pengembang: Mengumpulkan umpan balik dari tim pengembang tentang proses pengembangan.
  • Umpan balik operasional: Mengumpulkan umpan balik dari tim operasional tentang kinerja aplikasi dan infrastruktur.

Cara Membangun Feedback Loops:

  • Survei: Menggunakan survei untuk mengumpulkan umpan balik dari pengguna.
  • Wawancara: Mengadakan wawancara dengan pengguna dan anggota tim.
  • Monitoring: Memantau kinerja aplikasi dan infrastruktur.
  • Logging: Mengumpulkan log data untuk menganalisis masalah.
  • Pertemuan retrospektif: Mengadakan pertemuan retrospektif untuk membahas apa yang berjalan dengan baik dan apa yang perlu ditingkatkan.

13. Budaya DevOps

Budaya DevOps adalah seperangkat nilai dan prinsip yang menekankan kolaborasi, komunikasi, dan otomatisasi. Membangun budaya DevOps yang kuat sangat penting untuk keberhasilan DevOps.

Nilai-nilai DevOps:

  • Kolaborasi: Bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
  • Komunikasi: Berkomunikasi secara terbuka dan jujur.
  • Otomatisasi: Mengotomatiskan tugas berulang.
  • Ukur: Mengukur kemajuan dan mengidentifikasi area untuk perbaikan.
  • Berbagi: Berbagi pengetahuan dan keterampilan dengan orang lain.

Cara Membangun Budaya DevOps:

  • Kepemimpinan: Kepemimpinan harus mendukung dan mempromosikan budaya DevOps.
  • Pelatihan: Berikan pelatihan kepada tim tentang praktik DevOps.
  • Alat: Sediakan alat yang mendukung kolaborasi, komunikasi, dan otomatisasi.
  • Proses: Ubah proses untuk mendukung kolaborasi, komunikasi, dan otomatisasi.
  • Pengakuan: Berikan pengakuan atas keberhasilan DevOps.

Kesimpulan

Menjadi DevOps Engineer yang berkinerja tinggi membutuhkan kombinasi keterampilan teknis, pengetahuan mendalam tentang praktik terbaik, dan komitmen terhadap perbaikan berkelanjutan. Dengan mengadopsi praktik terbaik yang dibahas dalam artikel ini, Anda dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi risiko, dan mempercepat waktu pasar. Ingatlah bahwa DevOps adalah perjalanan, bukan tujuan. Teruslah belajar, bereksperimen, dan beradaptasi dengan lanskap teknologi yang terus berkembang. Dengan dedikasi dan ketekunan, Anda dapat menjadi seorang DevOps Engineer yang luar biasa dan memberikan dampak yang signifikan bagi organisasi Anda.

Sumber Daya Tambahan

  • The Phoenix Project: Novel tentang DevOps yang dapat membantu Anda memahami prinsip-prinsip DevOps.
  • The DevOps Handbook: Panduan komprehensif untuk menerapkan DevOps.
  • DevOps blogs: Banyak blog yang menyediakan wawasan dan informasi terbaru tentang DevOps.
  • DevOps conferences: Konferensi DevOps adalah cara yang bagus untuk belajar tentang DevOps dan berjejaring dengan DevOps Engineers lainnya.

“`

omcoding

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *