Cara Saya Membuat Konverter Container Query CSS untuk Mempermudah Pekerjaan Saya
Sebagai seorang pengembang web, saya selalu mencari cara untuk meningkatkan alur kerja dan membuat proses pengembangan lebih efisien. Salah satu tantangan yang sering saya hadapi adalah bekerja dengan container query CSS. Meskipun container query adalah alat yang ampuh untuk membuat desain responsif berdasarkan ukuran container induk, sintaksnya bisa jadi rumit dan memakan waktu untuk ditulis secara manual. Itulah sebabnya saya memutuskan untuk membuat konverter container query CSS sendiri. Dalam postingan blog ini, saya akan berbagi perjalanan saya dalam membangun alat ini, tantangan yang saya hadapi, dan bagaimana alat ini telah mempermudah pekerjaan saya secara signifikan.
Daftar Isi
- Pendahuluan: Mengapa Container Query Penting?
- Apa itu Container Query dan bagaimana perbedaannya dengan Media Query?
- Manfaat menggunakan Container Query untuk desain responsif.
- Mengapa sintaks Container Query bisa jadi rumit.
- Inspirasi dan Riset: Mempelajari Solusi yang Ada
- Meneliti alat konverter CSS online yang ada.
- Menganalisis kelebihan dan kekurangan solusi yang sudah ada.
- Mengidentifikasi kebutuhan dan celah yang ingin saya penuhi.
- Perencanaan dan Desain: Merancang Konverter yang Efisien
- Menentukan fitur dan fungsionalitas utama konverter.
- Membuat wireframe dan diagram alur untuk antarmuka pengguna.
- Memilih teknologi dan bahasa pemrograman yang akan digunakan.
- Implementasi: Membangun Konverter Langkah demi Langkah
- Menyiapkan lingkungan pengembangan.
- Membangun antarmuka pengguna (HTML, CSS, JavaScript).
- Mengimplementasikan logika konversi (JavaScript).
- Menangani berbagai kasus dan skenario.
- Menambahkan fitur validasi dan penanganan kesalahan.
- Pengujian dan Debugging: Memastikan Konverter Bekerja dengan Benar
- Menulis unit test untuk komponen yang berbeda.
- Melakukan pengujian manual dengan berbagai input dan output.
- Menggunakan alat debugging untuk mengidentifikasi dan memperbaiki bug.
- Optimasi dan Peningkatan: Membuat Konverter Lebih Baik
- Mengoptimalkan kinerja dan efisiensi kode.
- Menambahkan fitur tambahan berdasarkan feedback pengguna.
- Memperbaiki bug dan masalah yang dilaporkan.
- Penerapan: Menggunakan Konverter dalam Alur Kerja Sehari-hari
- Cara menggunakan konverter untuk membuat container query dengan cepat.
- Mengintegrasikan konverter ke dalam proses pengembangan.
- Contoh kasus: menggunakan konverter untuk memecahkan masalah desain responsif tertentu.
- Tantangan dan Pembelajaran: Apa yang Saya Pelajari dalam Proses Ini?
- Mengatasi tantangan teknis dan kesulitan pemrograman.
- Belajar tentang container query dan implementasinya lebih dalam.
- Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan debugging.
- Kesimpulan: Konverter Container Query sebagai Alat yang Berharga
- Ringkasan manfaat dan keunggulan menggunakan konverter.
- Pikiran terakhir dan saran untuk pengembang lain yang tertarik membuat alat mereka sendiri.
- Ajakan untuk bertindak: mendorong pembaca untuk mencoba konverter dan memberikan feedback.
1. Pendahuluan: Mengapa Container Query Penting?
Dalam dunia desain web modern, responsivitas adalah kunci. Kita perlu memastikan bahwa situs web kita terlihat bagus dan berfungsi dengan baik di berbagai perangkat dan ukuran layar. Media query telah menjadi alat utama untuk mencapai responsivitas selama bertahun-tahun, tetapi mereka memiliki batasan. Media query bergantung pada ukuran viewport, yang berarti mereka tidak mempertimbangkan ukuran container induk elemen yang ingin kita sesuaikan.
Apa itu Container Query dan bagaimana perbedaannya dengan Media Query?
Media Query:
- Berbasis pada ukuran viewport (lebar dan tinggi layar).
- Tidak mempertimbangkan ukuran container induk.
- Cocok untuk menyesuaikan tata letak berdasarkan perangkat (desktop, tablet, seluler).
Container Query:
- Berbasis pada ukuran container induk.
- Memungkinkan responsivitas tingkat komponen.
- Cocok untuk menyesuaikan tata letak berdasarkan konteks elemen.
Misalnya, bayangkan Anda memiliki komponen kartu yang ingin Anda tampilkan secara berbeda tergantung pada apakah ia berada di sidebar yang sempit atau di bagian konten utama yang lebih luas. Dengan media query, Anda hanya dapat mendeteksi ukuran viewport. Dengan container query, Anda dapat mendeteksi lebar sidebar atau bagian konten utama dan menyesuaikan tampilan kartu sesuai dengan itu.
Manfaat menggunakan Container Query untuk desain responsif.
- Responsivitas Tingkat Komponen: Container query memungkinkan Anda membuat komponen yang benar-benar responsif terhadap konteksnya, bukan hanya ukuran layar.
- Kode yang Lebih Bersih dan Terawat: Dengan memindahkan logika responsif ke dalam komponen, Anda dapat mengurangi kompleksitas CSS Anda dan membuatnya lebih mudah dikelola.
- Peningkatan Pengalaman Pengguna: Container query memungkinkan Anda untuk memberikan pengalaman pengguna yang lebih disesuaikan dan relevan berdasarkan konteks tempat konten ditampilkan.
- Reusable Components: Container query memfasilitasi pembuatan komponen yang dapat digunakan kembali di berbagai bagian situs web tanpa perlu modifikasi besar.
Mengapa sintaks Container Query bisa jadi rumit.
Meskipun manfaatnya jelas, sintaks container query bisa jadi sedikit rumit, terutama bagi pengembang yang baru mengenalnya. Sintaks dasarnya adalah sebagai berikut:
@container (min-width: 400px) {
.card {
/* Gaya untuk container dengan lebar minimal 400px */
flex-direction: row;
}
}
Selain itu, Anda perlu mendefinisikan container itu sendiri menggunakan properti `container-type` atau `container-name`. Hal ini menambah lapisan kompleksitas lain.
Menulis container query secara manual untuk berbagai skenario bisa jadi memakan waktu dan rentan kesalahan. Itulah sebabnya saya memutuskan untuk membuat konverter container query CSS.
2. Inspirasi dan Riset: Mempelajari Solusi yang Ada
Sebelum mulai membangun konverter saya sendiri, saya meluangkan waktu untuk meneliti alat konverter CSS online yang sudah ada. Tujuan saya adalah untuk memahami apa yang sudah tersedia, mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan solusi ini, dan menentukan bagaimana saya dapat membuat sesuatu yang lebih baik.
Meneliti alat konverter CSS online yang ada.
Saya mencari di Google dan menemukan beberapa alat konverter CSS online, termasuk:
- Online CSS Minifier: Beberapa alat minifikasi CSS menawarkan kemampuan dasar untuk mengoptimalkan kode, tetapi tidak secara spesifik untuk container query.
- CSS Preprocessors (Sass, Less): Meskipun Sass dan Less menawarkan fitur untuk membantu dengan modularitas dan organisasi CSS, mereka tidak secara langsung menyediakan konverter container query.
- Alat Generator Container Query (yang spesifik): Beberapa alat online yang lebih kecil fokus pada menghasilkan container query, tetapi seringkali terbatas dalam fitur dan fleksibilitas.
Menganalisis kelebihan dan kekurangan solusi yang sudah ada.
Berikut adalah beberapa temuan kunci dari riset saya:
Kelebihan:
- Kemudahan Penggunaan: Banyak alat online mudah digunakan dan tidak memerlukan instalasi atau konfigurasi apa pun.
- Gratis: Sebagian besar alat ini gratis untuk digunakan.
- Cepat: Mereka dapat menghasilkan kode CSS dengan cepat.
Kekurangan:
- Fitur Terbatas: Banyak alat hanya mendukung fitur dasar dan tidak menawarkan opsi lanjutan.
- Kurangnya Fleksibilitas: Sulit untuk menyesuaikan output atau mengintegrasikan alat ke dalam alur kerja yang ada.
- Ketergantungan Online: Alat online memerlukan koneksi internet dan mungkin tidak tersedia jika Anda sedang offline.
- Privasi Data: Menggunakan alat online berarti mempercayakan kode Anda ke pihak ketiga, yang mungkin menjadi perhatian bagi beberapa pengembang.
Mengidentifikasi kebutuhan dan celah yang ingin saya penuhi.
Setelah menganalisis solusi yang ada, saya mengidentifikasi beberapa kebutuhan dan celah yang ingin saya penuhi dengan konverter saya sendiri:
- Konverter yang Lebih Komprehensif: Saya ingin konverter yang mendukung berbagai fitur container query, termasuk `min-width`, `max-width`, `min-height`, `max-height`, dan kombinasi dari kondisi ini.
- Opsi Kustomisasi: Saya ingin pengguna dapat menyesuaikan output, seperti memilih antara sintaks CSS standar atau sintaks yang lebih ringkas.
- Integrasi Alur Kerja: Saya ingin konverter yang mudah diintegrasikan ke dalam alur kerja pengembangan yang ada, baik sebagai alat baris perintah atau sebagai ekstensi browser.
- Keamanan Data: Saya ingin memastikan bahwa data pengguna tetap aman dan tidak dibagikan dengan pihak ketiga.
3. Perencanaan dan Desain: Merancang Konverter yang Efisien
Dengan pemahaman yang jelas tentang kebutuhan saya dan apa yang ingin saya capai, saya mulai merencanakan dan merancang konverter container query CSS saya.
Menentukan fitur dan fungsionalitas utama konverter.
Berikut adalah fitur dan fungsionalitas utama yang saya tentukan untuk konverter saya:
- Input: Memungkinkan pengguna memasukkan deskripsi container query dalam format yang mudah dibaca manusia (misalnya, “Lebar minimal 400px”).
- Konversi: Mengubah deskripsi yang mudah dibaca manusia menjadi sintaks container query CSS yang valid.
- Output: Menampilkan kode CSS yang dihasilkan dalam format yang mudah disalin dan ditempelkan.
- Opsi Kustomisasi:
- Memungkinkan pengguna memilih jenis container (inline-size, block-size, size, normal).
- Memungkinkan pengguna menentukan nama container.
- Memungkinkan pengguna memilih format output (CSS standar, CSS ringkas).
- Validasi: Memvalidasi input pengguna untuk memastikan bahwa itu valid dan dapat dikonversi dengan benar.
- Penanganan Kesalahan: Menampilkan pesan kesalahan yang bermakna jika input tidak valid.
Membuat wireframe dan diagram alur untuk antarmuka pengguna.
Saya membuat wireframe sederhana untuk antarmuka pengguna untuk memvisualisasikan bagaimana konverter akan terlihat dan bagaimana pengguna akan berinteraksi dengannya. Wireframe mencakup elemen-elemen berikut:
- Area Input: Area teks tempat pengguna dapat memasukkan deskripsi container query.
- Opsi Konfigurasi: Elemen formulir untuk memungkinkan pengguna menyesuaikan opsi konversi.
- Tombol Konversi: Tombol yang memicu proses konversi.
- Area Output: Area teks tempat kode CSS yang dihasilkan ditampilkan.
- Pesan Kesalahan: Area untuk menampilkan pesan kesalahan jika input tidak valid.
Saya juga membuat diagram alur untuk menguraikan langkah-langkah yang terlibat dalam proses konversi:
- Pengguna memasukkan deskripsi container query ke dalam area input.
- Pengguna mengkonfigurasi opsi konversi.
- Pengguna mengklik tombol konversi.
- Konverter memvalidasi input.
- Jika input valid, konverter mengubahnya menjadi sintaks container query CSS.
- Konverter menampilkan kode CSS yang dihasilkan dalam area output.
- Jika input tidak valid, konverter menampilkan pesan kesalahan.
Memilih teknologi dan bahasa pemrograman yang akan digunakan.
Saya memilih teknologi dan bahasa pemrograman berikut untuk membangun konverter saya:
- HTML: Untuk membangun struktur antarmuka pengguna.
- CSS: Untuk menata antarmuka pengguna.
- JavaScript: Untuk mengimplementasikan logika konversi dan interaksi pengguna.
Saya memilih JavaScript karena saya sudah familiar dengannya dan karena itu adalah bahasa yang hebat untuk memanipulasi string dan DOM (Document Object Model).
4. Implementasi: Membangun Konverter Langkah demi Langkah
Dengan rencana dan desain yang jelas, saya mulai mengimplementasikan konverter container query CSS saya langkah demi langkah.
Menyiapkan lingkungan pengembangan.
Saya menyiapkan lingkungan pengembangan saya dengan membuat direktori proyek baru dan membuat file-file berikut:
index.html
: Untuk struktur HTML.style.css
: Untuk gaya CSS.script.js
: Untuk logika JavaScript.
Saya juga menginisialisasi proyek Git untuk kontrol versi.
Membangun antarmuka pengguna (HTML, CSS, JavaScript).
Saya mulai dengan membangun struktur dasar HTML untuk antarmuka pengguna di index.html
:
<!DOCTYPE html>
<html lang="en">
<head>
<meta charset="UTF-8">
<meta name="viewport" content="width=device-width, initial-scale=1.0">
<title>CSS Container Query Converter</title>
<link rel="stylesheet" href="style.css">
</head>
<body>
<div class="container">
<h1>CSS Container Query Converter</h1>
<div class="input-group">
<label for="query-input">Container Query Description:</label>
<textarea id="query-input" placeholder="e.g., min-width: 400px"></textarea>
</div>
<div class="options">
<label for="container-name">Container Name:</label>
<input type="text" id="container-name" placeholder="optional">
<label for="container-type">Container Type:</label>
<select id="container-type">
<option value="inline-size">inline-size</option>
<option value="block-size">block-size</option>
<option value="size">size</option>
<option value="normal">normal</option>
</select>
</div>
<button id="convert-button">Convert</button>
<div class="output-group">
<label for="css-output">CSS Output:</label>
<textarea id="css-output" readonly></textarea>
</div>
<div id="error-message" class="error"></div>
</div>
<script src="script.js"></script>
</body>
</html>
Kemudian, saya menambahkan beberapa gaya CSS dasar ke style.css
untuk menata antarmuka pengguna:
body {
font-family: sans-serif;
margin: 0;
padding: 0;
background-color: #f0f0f0;
}
.container {
max-width: 800px;
margin: 20px auto;
padding: 20px;
background-color: #fff;
border-radius: 5px;
box-shadow: 0 2px 5px rgba(0, 0, 0, 0.1);
}
h1 {
text-align: center;
margin-bottom: 20px;
}
.input-group,
.output-group {
margin-bottom: 20px;
}
label {
display: block;
margin-bottom: 5px;
font-weight: bold;
}
textarea,
input[type="text"],
select {
width: 100%;
padding: 10px;
border: 1px solid #ccc;
border-radius: 4px;
resize: vertical;
}
button {
background-color: #4CAF50;
color: white;
padding: 12px 20px;
border: none;
border-radius: 4px;
cursor: pointer;
font-size: 16px;
}
button:hover {
background-color: #3e8e41;
}
.error {
color: red;
margin-top: 10px;
}
Terakhir, saya menambahkan beberapa interaksi JavaScript dasar ke script.js
untuk menangani klik tombol konversi:
const queryInput = document.getElementById('query-input');
const containerNameInput = document.getElementById('container-name');
const containerTypeSelect = document.getElementById('container-type');
const convertButton = document.getElementById('convert-button');
const cssOutput = document.getElementById('css-output');
const errorMessage = document.getElementById('error-message');
convertButton.addEventListener('click', () => {
const query = queryInput.value;
const containerName = containerNameInput.value;
const containerType = containerTypeSelect.value;
// TODO: Implement conversion logic here
cssOutput.value = `/* Generated CSS */`; // Placeholder for now
errorMessage.textContent = ''; // Clear any previous error messages
});
Mengimplementasikan logika konversi (JavaScript).
Langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan logika konversi di JavaScript. Ini adalah bagian paling kompleks dari proses implementasi.
Saya mulai dengan membuat fungsi yang mengambil deskripsi container query sebagai input dan mengembalikannya sebagai sintaks container query CSS yang valid:
function convertToContainerQuery(query, containerName, containerType) {
try {
// Basic validation
if (!query) {
throw new Error("Query cannot be empty.");
}
// Regex to extract the property and value
const regex = /^(min-width|max-width|min-height|max-height):\s*(\d+(px|em|rem))$/;
const match = query.match(regex);
if (!match) {
throw new Error("Invalid query format. Example: min-width: 400px");
}
const property = match[1];
const value = match[2];
let containerQuery = `@container`;
if (containerName) {
containerQuery += ` ${containerName}`;
}
containerQuery += ` ( ${property}: ${value} ) {\n /* Styles here */\n}`;
if (containerName) {
return `.container[container-name="${containerName}"] {\n container-type: ${containerType};\n ${containerQuery}\n}`;
} else {
return `.container {\n container-type: ${containerType};\n ${containerQuery}\n}`;
}
} catch (error) {
return { error: error.message };
}
}
Fungsi ini melakukan hal berikut:
- Memvalidasi input untuk memastikan bahwa itu tidak kosong.
- Menggunakan regex untuk memvalidasi format input
- Menggunakan string template literal untuk membangun sintaks container query CSS.
- Mengembalikan sintaks container query CSS.
- Menangani setiap kesalahan dan mengembalikannya
Saya kemudian memperbarui event listener klik tombol konversi di script.js
untuk menggunakan fungsi ini:
convertButton.addEventListener('click', () => {
const query = queryInput.value;
const containerName = containerNameInput.value;
const containerType = containerTypeSelect.value;
const result = convertToContainerQuery(query, containerName, containerType);
if (result.error) {
cssOutput.value = '';
errorMessage.textContent = result.error;
} else {
cssOutput.value = result;
errorMessage.textContent = '';
}
});
Menangani berbagai kasus dan skenario.
Saya perlu menangani berbagai kasus dan skenario untuk memastikan bahwa konverter bekerja dengan benar dalam semua situasi. Ini termasuk:
- Berbagai jenis ukuran: Mendukung ukuran yang berbeda seperti `px`, `em`, `rem`.
- Kombinasi kondisi: Mendukung kombinasi kondisi seperti `min-width` dan `max-height`.
- Nama container kosong: Menangani kasus di mana nama container tidak ditentukan.
Saya memperbarui fungsi convertToContainerQuery
untuk menangani kasus-kasus ini.
Menambahkan fitur validasi dan penanganan kesalahan.
Validasi dan penanganan kesalahan sangat penting untuk memberikan pengalaman pengguna yang baik. Saya menambahkan validasi tambahan untuk memastikan bahwa input pengguna valid dan bahwa konverter menghasilkan kode CSS yang valid. Saya juga menambahkan penanganan kesalahan untuk menampilkan pesan kesalahan yang bermakna jika input tidak valid.
5. Pengujian dan Debugging: Memastikan Konverter Bekerja dengan Benar
Setelah mengimplementasikan konverter, penting untuk menguji dan men-debugnya secara menyeluruh untuk memastikan bahwa ia bekerja dengan benar.
Menulis unit test untuk komponen yang berbeda.
Meskipun dalam skala kecil, saya menulis beberapa tes sederhana untuk memverifikasi fungsi konversi inti bekerja seperti yang diharapkan. Karena keterbatasan lingkungan HTML sederhana, saya fokus pada pengujian input/output dari fungsi `convertToContainerQuery`.
Melakukan pengujian manual dengan berbagai input dan output.
Saya melakukan pengujian manual dengan berbagai input dan output untuk mengidentifikasi bug dan masalah. Saya mencoba berbagai kombinasi kondisi, ukuran, dan opsi untuk memastikan bahwa konverter bekerja dengan benar dalam semua situasi.
Menggunakan alat debugging untuk mengidentifikasi dan memperbaiki bug.
Saya menggunakan alat debugging browser untuk mengidentifikasi dan memperbaiki bug. Saya menggunakan konsol browser untuk mencetak pesan debugging dan breakpoint untuk menelusuri kode.
6. Optimasi dan Peningkatan: Membuat Konverter Lebih Baik
Setelah menguji dan men-debug konverter, saya meluangkan waktu untuk mengoptimalkan dan meningkatkannya.
Mengoptimalkan kinerja dan efisiensi kode.
Saya mengoptimalkan kinerja dan efisiensi kode dengan:
- Mengurangi jumlah perhitungan yang tidak perlu.
- Menggunakan algoritma yang lebih efisien.
Menambahkan fitur tambahan berdasarkan feedback pengguna.
Meskipun ini adalah proyek pribadi, saya membayangkan jika pengguna lain menggunakan ini, saya akan mempertimbangkan untuk menambahkan fitur tambahan berdasarkan feedback pengguna, seperti:
- Dukungan untuk lebih banyak properti dan kondisi CSS.
- Opsi untuk menghasilkan kode CSS yang lebih ringkas.
- Kemampuan untuk menyimpan dan memuat konfigurasi.
Memperbaiki bug dan masalah yang dilaporkan.
Saya akan terus memperbaiki bug dan masalah yang dilaporkan oleh pengguna.
7. Penerapan: Menggunakan Konverter dalam Alur Kerja Sehari-hari
Sekarang setelah saya memiliki konverter container query CSS yang berfungsi, saya dapat menggunakannya dalam alur kerja sehari-hari saya.
Cara menggunakan konverter untuk membuat container query dengan cepat.
Untuk menggunakan konverter, saya hanya perlu memasukkan deskripsi container query ke dalam area input, mengkonfigurasi opsi konversi, dan mengklik tombol konversi. Konverter menghasilkan sintaks container query CSS yang dapat saya salin dan tempelkan ke dalam stylesheet saya.
Mengintegrasikan konverter ke dalam proses pengembangan.
Saya dapat mengintegrasikan konverter ke dalam proses pengembangan saya dengan:
- Menambahkan konverter sebagai bookmark di browser saya.
- Membuat ekstensi browser untuk konverter.
- Menggunakan konverter sebagai alat baris perintah.
Contoh kasus: menggunakan konverter untuk memecahkan masalah desain responsif tertentu.
Berikut adalah contoh kasus di mana saya menggunakan konverter untuk memecahkan masalah desain responsif tertentu:
Saya memiliki komponen kartu yang ingin saya tampilkan secara berbeda tergantung pada apakah ia berada di sidebar yang sempit atau di bagian konten utama yang lebih luas. Dengan menggunakan konverter, saya dapat dengan mudah membuat container query yang mendeteksi lebar container induk dan menyesuaikan tampilan kartu sesuai dengan itu.
8. Tantangan dan Pembelajaran: Apa yang Saya Pelajari dalam Proses Ini?
Membangun konverter container query CSS ini merupakan pengalaman belajar yang berharga. Saya menghadapi beberapa tantangan dan belajar banyak tentang container query, JavaScript, dan pengembangan web secara umum.
Mengatasi tantangan teknis dan kesulitan pemrograman.
Saya menghadapi beberapa tantangan teknis dan kesulitan pemrograman selama proses pembangunan, seperti:
- Memahami sintaks container query CSS.
- Mengimplementasikan logika konversi.
- Menangani berbagai kasus dan skenario.
Saya mengatasi tantangan-tantangan ini dengan melakukan riset, meminta bantuan dari komunitas online, dan bereksperimen dengan berbagai solusi.
Belajar tentang container query dan implementasinya lebih dalam.
Saya belajar banyak tentang container query dan implementasinya selama proses pembangunan. Saya belajar tentang berbagai fitur container query, cara menggunakannya untuk membuat desain responsif, dan tantangan dan batasan yang terkait dengannya.
Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan debugging.
Saya mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan debugging saya selama proses pembangunan. Saya belajar cara mengidentifikasi dan memperbaiki bug, cara memecahkan masalah teknis, dan cara menemukan solusi kreatif untuk masalah yang kompleks.
9. Kesimpulan: Konverter Container Query sebagai Alat yang Berharga
Konverter container query CSS yang saya bangun telah menjadi alat yang berharga dalam alur kerja pengembangan saya. Ini telah menghemat waktu dan tenaga saya, dan telah memungkinkan saya untuk membuat desain responsif yang lebih kompleks dan canggih.
Ringkasan manfaat dan keunggulan menggunakan konverter.
Berikut adalah ringkasan manfaat dan keunggulan menggunakan konverter container query CSS:
- Membuat container query dengan cepat dan mudah.
- Menghindari kesalahan dan bug.
- Menghemat waktu dan tenaga.
- Membuat desain responsif yang lebih kompleks dan canggih.
Pikiran terakhir dan saran untuk pengembang lain yang tertarik membuat alat mereka sendiri.
Jika Anda seorang pengembang yang tertarik untuk membangun alat Anda sendiri, saya mendorong Anda untuk melakukannya. Ini merupakan cara yang bagus untuk belajar, meningkatkan keterampilan Anda, dan membuat sesuatu yang bermanfaat.
Berikut adalah beberapa saran untuk pengembang lain yang tertarik membuat alat mereka sendiri:
- Mulai dengan proyek yang kecil dan sederhana.
- Fokus pada memecahkan masalah tertentu.
- Lakukan riset dan pelajari dari pengembang lain.
- Jangan takut untuk meminta bantuan.
- Bersabarlah dan jangan menyerah.
Ajakan untuk bertindak: mendorong pembaca untuk mencoba konverter dan memberikan feedback.
Saya mendorong Anda untuk mencoba konverter container query CSS saya dan memberikan feedback. Saya terbuka untuk saran dan kritik, dan saya akan terus meningkatkan konverter berdasarkan feedback pengguna.
“`